Reviews Buku

Friday, May 08, 2009

Sedekah: Dari Semua untuk Semua

Oleh: Akhmad Kusairi
Judul : Mukjizat Sedekah
Penulis : Muhammad Thobroni
Penerbit : Pustaka Marwa, Yogyakarta
Cetakan : I, 2007
Tebal : 159 halaman
Tidak terasa Ramadhan telah hampir usai. Seperti biasanya Ramadhan hadir sebagai bulan yang dinanti-nantikan. Ia hadir dengan sederetan nama. Sebut saja misalnya Bulan penuh ampunan, Bulan Penuh Kasih Sayang , Bulan Penuh Rahmah, Bulan Seribu Bulan, dan lain sebagainya. Semarak Ramadhan juga bisa dilihat dari aktivitas masyarakat yang berbondong-bondong menyiapkan acara-acara buka bersama atau tabligh akbar yang menghadirkan tokoh agama terkenal. Semarak Ramadhan juga bisa dirasakan di dalam ativitas pertelevisian. Biasanya setiap studio televisi mempunyai program khusus Ramadhan yang semua studio rata-rata isinya sama. Mulai acara buka bersama hingga acara mercon. Semua ini adalah salah satu cara manusia di seantero Indonesia kembali meneriakkkan enyahkan maksiat di bulan suci ini.
Selain itu Ramadhan juga dijadikan sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah, memberi sedekah kepada orang yang tidak mampu. Hingga pemberian santunan kepada fakir miskin. Pada bulan ini semua apa yang dilakukan dengan ikhlas pasti akan memperoleh imbalan seribu kali lipat dari Allah.
Momen Ramadhan adalah momen penting dalam menambah pahala berlipat sesuai yang Allah janjikan, sehingga pada bulan ini semua orang terpanggil untuk melakukan perbuatan baik, walaupun itu hanya dalam tahapan niat. Oleh sebab itu bukan sesuatu yang mengherankan bila pada bulan ini banyak orang berlomba-lomba melakukan kebaikan sebanyak-banyaknya.
Sedekah sebagai salah satu bentuk amal baik itu dalam bulan ini merupakan perbuatan yang cukup disenangi. Seluruh orang Islam yang mempunyai kocek yang cukup berbondong-bondong memberikan sedekah dari hasil keringatnya selama ini. Sedekah tak harus dengan uang atau harta benda yang lain. Sedekah bisa berupa apa saja asal bermanfaat bagi orang lain, tentunya juga harus disertai dengan hati yang tulus sehingga bisa berdampak positif bagi pelaku. Karena sedekah yang memiliki akar kata dengan
sidik merupakan bukti keseriusan iman seseorang.
Sedekah secara sederhana diartikan sebagai memberi sesuatu atau bantuan kepada orang yang membutuhkan. Oleh sebab itu sedekah bisa dilakukan dan diberikan kepda dan oleh semua orang, oleh sebab adagium "dari semua untuk semua berlaku untuk sedekah". Di bulan Ramadhan ini posisi sedekah peranannnya sangat penting bagi berlangsungnya sebuah tatanan. Dalam tradisi Islam sedekah menempati posisi yang utama, sebab dengan sedekah orang yang yang kurang mampu jadi tertolong dengan sedekah.
Selain itu, sedekah juga merupakan amalan istimewa berdimensi ganda, akhirat sekaligus dunia. Ia tidak saja menunjukkan kecerdasan intelektual dan spritual. Tetapi juga sosial. Ia menyimpan energi "misterius" dalam menggerakkan orang dalam meraih sukses, hidup bahagia, rezeki lapang, juga menyangkal kesulitan dan bencana.
Buku yang berjudul Mukjizat Sedekah karangan Muhammad Thobroni, ini coba menguak mukjizat sekaligus keutamaan yang tersimpan di balik sedekah. Dengan gaya bahasanya yang khas penulis memberikan argumen menarik mengenai warna-warni sedekah itu sendiri. Ditambah lagi sajian kisah-kisah nyata mengenai orang-orang yang menjadikan sedekah sebagai sumber energi prestasi tentu akan menambah kekhasan pada buku ini.
Menurut Thobroni, penulis buku ini, sedekah pada substansinya tidak selalu identik dengan hal yang bersifat materi saja, namun lebih jauh lagi, sedekah merupakan energi cinta yang dimiliki setiap manusia yang pada gilirannya bisa digunakan untuk memanusiakan manusia. Dengan kata lain, melalui media sedekah diharapkan kemudian terjadi hubungan simbiosis mutualisme antar makhluk yang ada di muka bumi.
Dalam buku ini, sedekah ditempatkan sebagai motor penggerak dan pendongkrak semangat keimanan kita pada yang Maha Bijaksana, Maha Tinggi dan Maha Segalanya. Bersedekah menyadarkan kita, bahwa harta yang terdapat pada diri kita, sesungguhnya tidak selurunya merupakan hak kita, namun ada hak orang lain. (hlm 26)

Selain berguna untuk meningkatkan kualitas keimanan seseorang, sedekah juga memberikan warna baru bagi kehidupan ini. Dengan bersedekah kita dapat meningkatkan kesejahteraan sosial, menghindari hidup bermegah-megahan dan suka pamer, membudayakan hidup sederhana dan rendah hati, dan yang terpenting dapat mengurangi kecintaan kita terhadap dunia.
Dalam Islam sedekah berfungsi sebagai kontrol sosial terhadap orang yang kurang mampu, sehingga kemudian terbentuk ikatan sosial antar masyarakat. Begitu pentingnya sedekah sampai-sampai kedudukannya hampir sama dengan zakat.
Dengan terbentuknya ikatan sosial dalam bentuk solidaritas sosial yang kokoh yang didukung oleh keperihatinan dan kebersamaan serta kesediaan untuk menolong orang lain. Dan ini merupakan sendi kehidupan masyarakat. Panggilan untuk selalu berpikirr tidak dalam konteks individual semata-mata, melainkan juga dalam kerangka kemasyarakatan. Sebab itulah kita dalam Ramadhan diminta untuk memberikan perhatian lebih banyak kepada mereka yang membutuhkan. Sehingga kita bisa mewujudkan dimensi kemanusiaan, dalam arti, turut meringankan penderitaan orang lain, turu membangun msyarakat yang lebih baik untuk semua massa yang akan datang, masyarakat yang transformatif.
Buku Mukjizat Sedekah ini lebih dari layak untuk dijadikan bahan refleksi serta introspeksi diri bagi seluruh umat muslim, terlebih bagi orang yang masih berpola pikir materialisme, artinya sedekah hanyalah sebagai bentuk pengurangan harta pribadi. Semoga apa yang telah diupayakan Thobroni bisa meruntuhkan egoisme seseorang yang tidak mau sedekah.

Kalatidha: Potret Buram Sejarah Orba

Oleh: Akhmad Kusairi*
Judul : Kalatidha
Penulis : Seno Gumira Ajidarma
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
Cetakan: I, Januari 2007
Tebal : viii + 347 halaman.
Dalam lembaran sejarah pradaban dunia, Indonesia pernah menorehkan sejarah terkelam, yang biasanya dikenal dengan sebutan Gerakan Tiga Puluh September 1965 (Gestapu 65). Dalam peristiwa ini ribuan manusia menjadi korban kebiadaban tragedi kemanusiaan terbesar yang pernah terjadi di Indonesia, bahkan dunia. Waktu itu orang-orang secara membabi-buta mengklaim segala sesuatu yang berbau komunis, serta "kiri" sebagai orang yang harus dilenyapkan, diberangus serta dihilangkan sejarahnya.
Politik buram beserta kisah "kegelapan" masa Gestpu itulah yang dicoba direkam oleh Seno Gumira Ajidarma dalam novel Kalatidha ini. Novel ini berkisah tentang kehidupan tokoh "Aku", seorang anak kecil yang mulai beranjak dewasa di tengah ramainya pencidukan serta pembantaian tanpa pengadilan yang sah terhadap orang yang dianggap terlibat dalam drama pembunuhan tujuh perwira kelas atas Angkatan Darat. Di buku ini Seno menguak tentang kekejian orang-orang yang menganggap dirinya suci terhadap mereka yang dianggap telah berkhianat kepada revoulusi Besar Indonesia.
Pada jaman ini segala yang berbau komunis, orang-orang kiri, mereka yang memperjuangkan tanah untuk petani tak bertanah, termasuk istri, anak cucu mereka, tak peduli apakah mereka bisa membaca atau masih dalam keadaan buta aksara dicap sebagai Komunis yang diklaim sebagai orang yang terlibat dalam peristiwa Gestapu yang menurut kekuasaan harus dilenyapkan, serta dilecehkan hak-hakanya sebagai manusia.
Segala yang berbau kritikan, kecaman, dan protes kepada pemerintah sebisa mungkin diberangus habis. Sehingga bukan suatu yang mengherankan jika Soeharto lengser, banyak orang yang dulu mulutnya bungkam kini membuka mulut mereka selebar-lebarnya. Itu bisa berupa apa saja, entah itu berbentuk aksi gugatan, buku dan lain sebagainya.
Jatuhnya Soeharto sebagai pemegang tampuk kekuasaan di Indonesia sebelumnya membuka banyak peluang bagi karya sastra yang pada masa sebelumnya terkungkung kereativitasnya. Kurang lebih tiga dekade eksistensi Orde Baru sebagai penguasa tunggal itu, identik dengan kematian sastra serta segala wacana yang berbau "kiri", yaitu karya sastrawan yang dianggap terlibat dalam G30S secara langsung maupun tak langsung.
Tentu saja ada perlawanan dari pihak yang tak ingin dikekang seperti itu. Nama-nama sekaliber Pramoedya Ananto Toer, Martin Aleida, HB. Jasin, Asahan Alham serta masih banyak sederetan nama yang tak bisa disebutkan semua dalam tulisan ini, masuk golongan orang yang melakukan perlawanan. Hampir dari mereka yang di atas pernah merasakan hidup di balik bui atau di pembuangan.
Tema yang diangkat oleh Seno dalam novel ini sepertinya bukanlah suatu yang baru bagi orang yang sering baca novel atau buku-buku tentang kejamnya penindasan terhadap para anggota yang diduga terkait dengan PKI, yang pengadilannya sangat inkonstitusional.Yang berlaku ketika itu adalah pengadilan rakyat yang marah terhadap orang yang telah diduga membunuh para Jenderal secara sadis.
Setidaknya itulah sedikit rekaman yang coba direkam dalam novel yang berbentuk roman ini. Cerita di dalamnya mengisahkan sekelumit dari kisah kelam pradaban Indonesia yang dicoba dibangun oleh Soeharto dengan imperium Orde Barunya.
Novel ini sebagaimana biasanya dalam novel-novel Seno selalu mengetengahkan suatu nuansa yang serba baru, semisal nuansa senja dalam Negeri Senja yang menggambarkan latar tempat yang selalu senja yang tidak pernah ada malam, pajar, pagi dan siang. Atau Negeri Kabut yang bergulat dengan kubangan kabut dalam cerita khas Seno.
Melalui tokoh Aku, Seno sebagaimana buku-buku sebelumnya, berhasil membawa pembaca pada pengalaman yang mengesankan soal pencarian identitas diri. Ia menuturkan, pada awalnya tokoh Aku yang masih kecil melihat adegan-adegan ganjil di sekitarnya dan media-media massa. Apa salah mereka? kejahatan apa yang telah diperbuat? serta pantaskanh orang melakukan tindakan sekeji itu terhadap sesama manusia sekaligus sesama bangsa Indonesia? Pertanyaan-pertanyaan semacam itu merupakan pertanyaan yang selalu menemani hari-harinya yang panjang yang tidak bisa ia jawab. Ia tidak peduli, apakah dia (tokoh Aku) berasal dari keluarga baik-baik atau malah keluarga penjahat.
Entah kenapa jalan hidupnya kemudian sebagian besar dilaluinya lewat jeruji besi penjara, dikarenakan dituduh berkomplot dalam pembobolan uang Bank yang jumlahnya tidak sedikit. Melalui jeruji besi ia mengembara lewat dunia kabutnya. Memang dia mempunyai kelebihan bisa memasuki dunia lain. Seperti ungkapannya, aku memang bisa memasuki dunia yang satu ke dunia yang lain, tapi dunia bagiku hanyalah satu, yaitu dunia, karena aku tetap melalui hanya satu dunia, tidak bisa sekaligus dua dunia.
Akhirnya novel ini membuat pembacanya semakin mengetahui ruang-ruang dalam batinnya yang belum pernah dikunjungi sebelumnya. Seno dalam novel ini berhasil menyihir para pembaca dengan dunia yang digambarkan secara cerdas. Yang membuat para pembaca menikmati novel ini tanpa terasa membuka halaman terakhir.[]

Mengungkap Sisi Senyap Umar Kayam

Oleh: Akhmad Kusairi
Judul Buku : Manusia Ulang-Alik Biografi Umar Kayam
Penulis : Ahmad Nashih Luthfi
Penerbit : Eja Publisher, Yogyakarta
Cetakan : Pertama, 2007
Tebal Buku : xxii + 183 Halaman

Dalam perjalan sejarah pradaban manusia biografi biasanya menempatkan manusia sebagai titik kajian. Di catatan ilmu sejarah Indonesia, terdapat tiga bentuk penulisan biografi. Bentuk pertama adalah biografi interpretatif; kedua biografi sumber; dan ketiga biografi populer. Dua biografi pertama termasuk biografi ilmiah, dengan segenap tehnical discipline keilmuan (sejarah). Biografi interpretatatif menyertakan analisis ilmu-ilmu sosial misalnya sosiologi dan psikologi. Sedangkan biografi populer tidak terlalu mementingkan kebenaran ilmiah, retorika, serta dialog antar tokoh yang di setting sedemikian rupa, sehingga menempatkan tokoh secara berlebihan.
Dalam biografi ilmiah sedapat mungkin penulis menghindari unsur sentimentalitasnya yang disebabkan sedemikian dekatnya dengan obyek kajian. Ia dapat melihat obyek kajian dari luar dan hanya berperan sebagai explanator; verstehen dalam pengertian Wilhelm Dilthey dimungkinkan bila subyek tineliti masih hidup atau meninggalkan jejak-jejak yang dapat dibaca dengan sejelas-jelasnya sehingga menutup kemungkinan multi tafsir. (Hal 3)
Melalui buku Manusia Ulang-Alik Biografi Umar Kayam ini, Ahmad Nashih Luthfi selaku pengarang coba menelusuri lika-liku kehidupan Umar Kayam yan penuh dengan perjuangan. Walaupun buku ini tak terlalu tebal seperti biasanya buku biografi, di buku ini justru pembaca akan disuguhi keunikan tersendiri dari apa yang akan disajikan oleh penulis.
Umar Kayam lahir di Ngawi, 30 April 1932. Ia merupakan seorang seniman, ilmuwan, budayawan di Indonesia. Selain menjabat sebagai Guru Besar Sastra Universitas Gadjah Mada (1978-1997) juga pernah menjabat antara lain menjadi Direktur Jenderal (Dirjen) Radio, Televisi, Film Departemen Penerangan (1966-1969) serta Ketua Dewan Kesenian Jakarta (1969-1972). Sebagai Dirjen RTF, dia melakukan perombakan besar khususnya dalam infrastruktur film Indonesia. Salah satunya adalah membolehkan kembali Film Barat masuk yang sebelumnya sempat dilarang oleh Soekarno yang boleh masuk waktu itu hanya film-film sosialis yang tidak disukai kebanyakan orang waktu itu. Akibatnya bioskop menjadi mati dan perfilman menjadi mandek.

Dalam keadaan seperti itu, Umar Kayam datang dengan beberapa gagasan briliannya, antara lain Indonesia harus memproduksi dua jenis film, yang populer tetapi laku dan film bermutu tetapi kurang laku. Waktu itu Umar Kayam membentuk DPFN (Dewan Pertimbangan Film Nasional) dan mengumpulkan dana yang mencapai sekitar Rp 30 juta.
Dalam dunia sastra, Umar Kayam hadir dengan karya-karyanya yang menonjol seperti Seribu Kunang-Kunang di Manhattan, Sri Sumarah, Bawuk, serta novel masterpiece-nya yang terakhir Para Priyayi, novel yang bisa dikatakan sebagai kontruksi awal munculnya ambtenaarisme di Indonesia. Siapa saja yang membaca pandangan-pandangan Umar Kayam, baik dari buku atau pidato-pidatonya, akan akrab dengan tesisnya mengenai proses kebudayaan yang digambarkan seperti sebuah proses ulang-alik.
Tampaknya, sikap rileks dan penuh humor itu bertitik tolak dari dasar pandangan hidupnya, ialah rasa ikhlas. Jelasnya, betapapun ia menginginkan sesuatu, jika memang tidak bisa dicapai, ia melepaskannya dengan ringan. Umar Kayam adalah orang yang hampir hidup tanpa beban. Jika ia merasa bersalah kepada seseorang, betapapun orang itu hanya cantrik-cantriknya, ia tidak segan-segan minta maaf dengan tulus.
Umar Kayam adalah juga seorang yang gigih dalam memegang prinsip hidupnya. Jika mendapati satu tindakan tidak benar dan tidak adil, ia tidak segan-segan melawannya. Prof Siti Baroroh Baried almarhum mengatakan bahwa Umar Kayam selalu ingin meluruskan sesuatu yang bengkok. Oleh sebab itu, di balik ketenarannya, Umar Kayam menghadapi banyak tantangan. Tantangan itu bisa berupa apa saja termasuk juga yang muncul sebab kolom mingguannya di harian Kedaulatan Rakyat.
Walaupun kolom itu lebih banyak bersifat glenyengan, akan tetapi terdapat banyak sekali sindiran. Tidak mengherankan jika ia seringkali menerima surat anonim yang kadang-kadang menakutkan. Menghadapi surat-surat semacam itu, Kayam hanya tersenyum. Ia mengatakan bahwa negeri ini betul-betul aneh, diajak tertawa atau tersenyum saja sulitnya bukan main.
Sindiran adalah salah satu kekuatan Umar Kayam dalam menyampaikan misi humanisnya, baik lewat tulisan maupun ceramahnya. Kekuatannya yang lain adalah kemampuannya memandang suatu jagat besar pada suatu soal yang kecil.
Kayam juga mengagumi Soekarno, walaupun ia sangat kritis terhadap gagasan-gagasan besarnya. Kekaguman Kayam kepada Soekarno adalah pandangannya yang dalam beberapa aspek cukup liberal dalam kemampuannya menyatukan ribuan pulau yang tersebar di Nusantara. Kedekatannya dengan Dr Soedjatmoko tampak juga apabila sedang berbicara dengan teman-temannya di Jogja. Ia selalu mengajak agar teman-teman belajar memandang suatu masalah dengan skala besar. Jika pandangan orang terlalu jlimet, ia akan segera ketinggalan zaman.
Kelebihan lain yang ditinggalkan oleh Kayam adalah kemampuannya mendudukkan masalah pada proporsinya. Setiap masalah harus didudukkan lebih dahulu pada posisi mana. Dengan demikian, persoalan menjadi jelas walaupun pemecahannya belum tentu menjadi lebih mudah. Sekalipun berada pada puncak popularitas, Kayam sedikit pun tak memanfaatkan kesempatan itu untuk menjustifikasi segala tindakannya. Justru dengan popularitas yang digandrunginya ia melakukan perubahan-perubahan besar, sekalipun tidak signifikan. Digambarkan oleh penulis, bahwa geliat perubahan itu sekaligus merupakan sikap antitesis serta kritik Umar Kayam atas pandangan para sejarawan yang begitu sempit dalam memandang masyarakat Jawa.
Kritikan itu khususnya ditujukan pada Clifford Geertz yang membagi masyarakat Jawa secara trikotomi yakni: santri, priyayi, dan abangan. Sehingga akibat dari pembagian itu dinilai oleh Kayam sebagai sebuah upaya pemetakan masyarakat Jawa yang disengaja. Alhasil, tidak sedikit masyarakat Jawa saat ini terdikotomi sehingga menjadi pribadi-pribadi yang hirarkis dan eksklusif. Inilah yang harus dipikirkan bersama.
Sampai di sini, inilah mungkin yang membedakan biografi ini berbeda dengan biografi pada umumnya. Keberanian penulis untuk menguak segala pemikiran Umar Kayam lewat karya-karyanya yang kritis baik yang berupa cerpen, novel, sekaligus esainya seoalah menjadi bumbu tersendiri dalam buku ini

Telah banyak hal yang diberikan Umar Kayam atas negeri ini. Namun hal terpenting dari sekian hal yang Umar Kayam berikan ialah upayanya menumbuhkan semangat demokrasi yang tinggi dan berupaya pula untuk mengaplikasikannya dalam kehidupan nyata.
Sekarang Umar Kayam sudah istirahat di Karet bersama Chairil Anwar dimakamkan. Ia mungkin sudah membayangkannya sejak beberapa tahun lalu saat ia menuli cerpen Lebaran di Karet, di Karet (Kompas). Kayam yang rileks dan penuh humor, namun gagasannya yang cerdas selalu akan dikenang sebagai tokoh sejuta inspirasi. Buku ini coba menguak lika-liku kehidupan Umar Kayam. Seorang tokoh yang tak akan tinggal diam terhadap segala ketidakberesan yang ditemukannya.
Buku yang tak terlalu tebal ini adalah upaya seorang Luthfi dalam menyingkap sisi senyap seoarang Kayam. Karenanya tidak menutup kemungkinan ada usaha-usaha lain yang juga mencoba menyingkap sisi senyap tokoh kharismatik ini.

Siti Hartinah: Wangsit Keprabon Soeharto

Oleh: Akhmad Kusairi
Judul : Bu Tien: Wangsit Kprabon Soeharto
Penulis : Arwan Tuti Artha
Penerbit : Galangpress, Yogyakarta.
Cetakan : Pertama, 2007
Tebal : 168 halaman.

Seorang istri bagi suami adalah sejuta inspirasi. Kita tentu ingat bagaimana seorang Kaesar besar Julius Caesar tak berarti apa-apa di tangan Cleopatra. Begitu juga dengan Seoharto. Ibu Tien bagi Soeharto adalah penyeimbangnya dalam menakhkodai negara Indonesia. Kita pun kemudian tersadar saat Bu tien Wafat Indonesia yang sebelumnya menunjukkan kemajuan mulai terseok-seok kembali dalam mempertahankan keututuhan bangsa. Kita pun tahu kemudian Soeharto harus rela jabatan yang selama ini disandangnya harus diserahkan kepada orang lain. Menurut sebagian orang, Soeharto bias berkuasa itu dikarenakan dia memperoleh Wangsit Kprabon.
Tak banyak orang yang bisa menerima wangsit kprabon sebagaimana Soeharto. Itu pun barang kali berkat keperihatinan, laku spiritual, atau jalan keberuntunagn yang harus ditempuh Soeharto, wangsit itu akhirnya datang padanya. Salah satu keberuntungan Soeharto yang tak bisa diitolak adalah ketika siti Hartinah berhasil dipersunting sebagai istrinya pada 26 desember 1947. kalau saja seoharto tak menikahi Siti Hartinah, barangkali nasib yang menghampirinya akan lain. Sebab, sangat mungkin justru melalui Siti Hartinah itulah wangsit kprabon turun untuk seoharto. Selain itu, bila Soeharto tak menghormati istrinya, barangkali ia sudah keluar militer. Untunglah Siti Hartinah menyadarkan Seoharto, bahwa karier militer yang sudah ditempuhnya selama ini tiaklah sia-sia.
Buktinya Soeharto terangkat derajadnya dengan menjadi Presiden. Namun apakah dia pernah bercita-cita jadi presiden? "Saya tidak pernah bermimpi menjadi presiden," kata Soeharto kepada penulis biografinya.
Tidak bisa dipungkiri oleh siapa saja, untuk bisa memperoleh kedudukan sebagai kepala negara, tidak lah semudah membalikkan telapak tangan, karena kursi kepresidenan itu hanya tersedia satu, sementara penduduk suatu bangsa jumlahnya jutaan jiwa. Kalau bukan karena wangsit, tentu Soeharto tak akan terkenal seperti sekarang ini.
Sumber lain juga menyebutkan, keberuntungan Soeharto karena istri yang dinikahinya itu masih keturunan Mangkunegoro. Ong Hok Kham dalam bukunya dari Priyayi Sampai Nyi Blorong (2002: 217), menyebutkan perempuan keturunan raja ini memiliki pusaka paling keramat, sebab darinya berasal api keramat kerajaan yang dapat mengangkat rakyat biasa menjadi raja.
Kalau kita percaya pada turunnya wangsit, maka ketika surat perintah yang digodok di istana bogor sudah ditandatangai Sukarno, itulah wangsit keprabon mulai angslup (masuk) di tubuh seoharto, sehingga seoharto pun sakit. Jika tidak, tentu tak ada surat perintah tak ada tanda tangan sekarno, dan tak ada kekuasaan yang jatuh pada Soeharto.
Mungkin semua ini sudah menjadi garis nasib soeharto. Tak ada yang tahu kecuali garis nasib soeharto sendiri. Dalam masyararakat Jawa, ada istilah ndilah kersaning Allah. Iklim inilah yang juga berlaku dalam kehidupan Soeharto. Untunglah ada supersemar dari Soekarno yang akhirnya mendasari tindakan Soeharto termsuk membubarkan PKI pada 12 maret 1966 dan akhirnya menduduki kursi presiden selama 32 tahun.
Hampir sering dilupakan, di balik kebesaran Soeharto itu semua ternyata terdapat kekuatan Bu Tien. Diakui atau tidak, Bu Tien mempunyai andil yang cukup besar dalam mengawal kursi Kpresidenan Soeharto, baiak fisik, moral maupun secara spiritual. Laku tapabrata yang dilakukan oleh Bu Tien sangat mampu melanggengkan kekuasaan Soeharto, baik saat meniti kariernya dalam dunia militer maupun ketika menggantikan Seokarno. Bu tien adalah endhog jagad dalam rezim pemerintahannya. Itulah sebabnya ketika Bu Tien wafat Soeharto seperti kehilangan kepercayaan dirinya. Pada saat itulah, menurut pelaku kebatinan, Ia seharusnya tak mau lagi dicalonkan sebagai presiden.
Sekarang, semuanya memang sudah berubah., teruatama setelah orde harto tak lagi menjadi bayang-bayang kekuasaan. Meski begitu tampaknya soeharto tak pisa dipinggirkan begitu saja. Terbitnya buku-buku menguak kebijakan-kebijakan masa lalu itu menunjukkan betapa soeharto masih tetap menjadi pribadi yang banyak dibicarakan. Seakan tak ada habis-habisnya membicarakan Soeharto. Di sisi lain, tak banyak yang mengerling pada belahan jiwa Soeharto yang bernama Siti Hartinah itu. Padahal sebagai seorang istri, yang menjadi sigaraning nyawa suaminya, peran Bu Tien sangat lah besar. Dalam primbon kejawen, Bu Tien digolongkan ke dalam istri yang kuat menjaga suaminya. Dia lah yang menjaga wangsit kprabon Soeharto sehingga akhirnya wangsit itu hilang sekitar dua tahun pasca Wafatnya Bu tien.
Buku Bu Tien: Wangsit Kprabon Soeharto ini kira-kira ingin mengisi kelangkaan wacana tersebut, meski bukanlah sebuah biografi mengenai Bu Tien yang lengkap. Setidaknya melalui buku ini terbaca kekuatan dibalik Soeharto, yang diyakini membawa Soeharto, yang asalnya hanya rakyat jelata menjadi penguasa tunggal kerajaan Indonesia. Semacam wangsit yang dikirim langsung dari langit, dan ketika wangsit itu hilang, panggung politik yang dimainkan Soeharto pun selesai. Sekarang terserah bagaimana penilaian orang. Wangsit kprabon sudah tak bersama soeharto ketika ingin menjadi pandhito yang tak diganggu oleh intrik-intrik politik. Walaupun buku ini kelihatannya kurang logis untuk kurun waktu sekarang. Paling tidaknya penulisnya sudah berupaya untuk menghadirkan peran Bu Tien dalam kerier politik Seoharto. Dengan buku ini, setidaknya pembaca sadar bahwa ada kekuatan lain dibalik Soharto, dan itu sering dilupakan sebagian orang.


Akhmad Kusairi, Mahasiswa Filsafat UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta,

Mengenalkan Success Intelligence dalam Kehidupan Praktis

Oleh: Akhmad Kusairi
Judul : Success Intelligence
Penulis : Robert Holden
Penerbit : Mizan, Bandung.
Cetakan : Pertama, April 2007
Tebal : 424 halaman.
Berbahagialah dia yang makan dari keringatnya sendiri
Bersuka karena usahanya sendiri dan maju karena pengalamannya sendiri
(Pramoedya, 2006)
Kesukses adalah keinginan yang paling diinginkan semua orang. Namun ketidaktahuan arti kesuksesan serta orang dalam meraihnya membuat kesuksesan itu sendiri kabur, apakah sudah sukses atau hanya sibuk saja. Ini penting mengingat hampir sebagian besar orang hidup dalam budaya kesuksesan. Tapi ternyata hanya menghabiskan waktu mereka dalam kubangan kesibukan saja.
Di jaman serba cepat ini kesuksesan menjadi dewa yang diharapkan bisa mendatangkan keberkahan. Mayoritas orang menempatkan sukses sebagai tujuan hidup, dan tak jarang terobsesi untuk meraihnya. Mereka menganggap kebahagiaan bisa didapat berdasarkan apakah mereka sukses atau tidak.
Berangkat dari kegelisahan penulis yang memandang bahwa sebagain besar orang ternyata selama ini hanya lah mengejar sukses yang ternyata hanya menjadi sibuk saja, belum sukses. Di sinlah urgensinya kehadiran buku Succes Intelligence ini di ruang pembaca. Dengan paduan analogi dan deskripsi penulis membuat buku ini apik sekaligus menarik untuk dijadikan bahan kajian bagi para pecinta sibuk stadium tinggi. Penulis memutuskan menggunakan sebutan Succes Intelligence untuk menekankan perlunya berpikir secara bijaksana tentang kesuksesan.
Secara sederhana Success Intelligence berarti berani menerapkan kearifan pada kesuksesan. Ketika pertama kali Holden mempelajari kesuksesan, dia tersentak dengan apa yang disebut dengan "mabuk sukses". Dia menyaksikan betapa banyak orang yang jelas-jelas cerdas mengejar kesuksesan dalam cara yang sangat bodoh an picik. Mereka rela membayar kesuksesan yang mereka idamkan itu dengan radang lambung, perkawinan yang gagal, dan gaya hidup yang sinting.. Mereka mungkin telah menacapai skor tertinggi untuk kerja yang keras, tapi tidak untuk kecerdasan. (Hlm 18)

Sekarang ini kerja keras tidak lagi menjadi tantangan utama yang harus dihadapi, tetapi bagaimana kearifan kita yang lebih berperan.. Cara kita bekerja saat ini perlu dikaji ulang. Dalam ranah ekonomi ini yang disebut dengan ekonomi pengetahuan.
Buku Success Intelligence ini menantang Anda untuk menerapkan pemikiran terbaik Anda dalam mengejar keusuksesan. Buku yang lumayan tebal ini dibagi dalam tujuh bahasan yang diselipi dengan bab-bab setiap bahasannya. Bahasan pertama disebut "Visi", di sini pembaca akan dibantu menemukan visi yang jelas sebagai tujuan utama hidup. Bahasan kedua dinamai "potensi" yang memperkenalkan psikologi kesuksesan. Di sini pembaca akan diajak penulisnya menjelajahi bagaimana mengetahui diri dapat menolong dalam menemukan potensi, membukakan kemungkinan meraih sukses yang otentik. Pengetahuan tentang diri merupakan kunci utama menuju Success Intelligence. Tanpa pengetahuan diri tidak akan ada kesuksesan yang otentik, kebahgiaa yang otentik, dan hidup yang otentik. Tanpa pengetahuan diri, Anda mungkin malah mengejar definisi kesuksesan milik orang lain. (Hal 86)
Bahasan selanjutnya adalah kearifan dan berkonsentrasi pada sasaran kesuksesan. Di sini penulis memperkenalkan kiat bagaimana kita berlaku arif terhadap diri dan sekitar kita. Dalam bagian berikut penulis tentang banyak orang yang sering dalam upaya bergegas mengejar kesuksesan hubungan yang paling penting dikorbankan
Di bagian lima berjudul keberanian dalam menjelajahi bayangan kesuksesan. Di sini penulis menulis tentang kunci kecerdasan emosional, seperti menangani ketakutan dan menanggapi kemunduran secara cerdas. Dengan membaca buku Success Intelligence ini kita ditantang untuk menerjemahkan apa yang disebut pengalaman hidup yang negatif sehingga bisa menjadi pelajaran bagi keberhasilan. Bagian enam disebut rahmat, berfokus pada ruh kesuksesan. Di sini penulis memperkenalkan pandangan mengenai kecerdasan universal dan capabilitas untuk terilhami.

Dalam bagian penutup berbicara mengenai tujuan kesuksesan. Menurut Robert Holden penulis buku ini, tujuan sejati kesuksesan bukanlah untuk meraih keunggulan melebihi orang lain, melainkan untuk melayani dan mengilhami orang. Pengalaman Holden menunjukkan bahwa kesibukan permanen sebenarnya merupakan akibat dari tiadanya kejelasan tentang kesuksesan yang sejati. (Hal 45). Menurut Holden kunci penting menuju sukses adalah keberanian untuk melihat kesibukan Anda dan mengenali apa yang menyibukkan itu sebelumnya. Kunci lain sukses adalah kemauan untuk melihat di balik kesibukan Anda dengan tujuan menemukan jalan yang lebih baik. (Hal 50)
Buku Success Intelligence ini diharapkan dapat membantu dalam mencari kesuksesan secara cerdas sehingga tidak terperosok dalam kubangan lumpur kesibukan yang otomatis akan menyita sebagian besar hidup.
Buku ini merupakan buku kesekian yang memberikan cara-cara agar kita hidup bahagia, bukan Cuma cara agar dapat meraih kesuksesan saja, tetapi bagaimana ketika sukses sudah otomatis bahagia. Dan itu selanjutnya tugas pembaca dalam berimprovisasi sesuai dengan pengertian sukses menurut masing-masing individu. Buku ini merupakan karya yang luar biasa. Dengan disisipi pengalaman-pengalaman penulis dalam menghadapi pebisnis kelas dunia membuat karya ini punya nilai tambah.
Namun sehebat apa pun usaha penulis dalam membuat buku ini sempurna tetap saja punya titik lemah. Buku ini sebagaimana buku terjemahan selalu ada kata yang kurang pas diartikan. Tetapi tetap saja buku ini perlu atau harus dibaca oleh siapa saja, khususnya pebisnis yang memang secara konsen menerjunkan diri dalam ranah kesuksesan. Semoga dengan membaca buku ini dapat memperbaiki situasi perekonomian serta kehidupan bangsa Indonesia. Semoga…!