Reviews Buku

Friday, September 22, 2006

Nasionalisme Versus Lomba Lari dalam Karung

Sekitar enam puluh satu tahun lalu Soekarno dan Mohammad Hatta memproklamasikan Indonesia sebagai negara merdeka, negara yang bebas dari negara asing, terlebih pada negara Jepang ataupun negara Belanda yang notabene tak rela dengan adanya proklamasi ini. Ini terbukti saat pasukan Sekutu datang kembali ke Indonesia dengan alasan ingin melucuti senjata tentara Jepang yang ternyata hanya sebuah taktik militer untuk menguasai Indonesia kembali, tapi Indonesia tak ingin pengalamannya terulang kembali yang telah dijajah oleh bangsa asing sekitar kurang lebih tiga setengah abad, (penulis menyatakan begitu karena memang samapai sekarang masih terjadi perdebatan mengenai berapa lama Indonesia dijajah oleh bangsa asing. Itulah sejarah, dan sejarah tidak dikatakan sejarah jika tidak bebas dari kritikan, denghan kata lain sejarah harus dinamis tak boleh statis).Lantas apa relasinya dengan lomba lari dalam karung? Menurut penulis relasinya sangat erat dengan lomba tadi. Pertama karungnya, menurut penulis itu menyimbolkan tirai penjajahan yang sudah sepatutnya disibak oleh bangsa kita. Kedua larinya di dalam karung, itu mengambarkan bahwa kita dihalang-halangi oleh bangsa penjajah. ketiga saat peserta sedang lari itu itu menggambarkan bahwa kemerdekaan harus diuasahakan, dan keempat saat peserta dengan sangat antusias untuk mencapai garis finish itu menggambarkan proses saat kita berjuang dengan berbekal semangat nasionalisme. Karena semangat nasionalisme adalah alat yang tak boleh luntur apalagi sampai hilang dari peredaran darah perjuangan kita sehingga bangsa kita mencapai finish, yaitu kemerdekaan total, " Kemerdekaan seratus persen" ungkap salah seorang tokoh kita, Tan Malaka.
Terus kalau lari dalam karung sangat erat relasinya dengan semangat nasionalisme, lantas bagaimana dengan lomba-lomba yang lain seperti makan kerupuk? Menurut penulis lomba itu tidak mempunyai relasi sama sekali, bahkan hanya menggambarkan kerakusan bangsa Indonesia, serta kaum kapitalis internasional. Akhirnya walaupun itu hanya lomba, penulis kira juga harus ada unsur nasionalismenya, karena sekarang ini semangat nasionalsime sedang meranggas, tulis seorang penulis di harian Kompas. Dan sekarang kita harus semangat untuk bangkit, bahwa Indonesia pernah jaya di dunia internasional --
Penulis adalah Mahasiwa Aqidah Filsafat UIN Sunan Kalijaga

1 comment:

Anonymous said...

Bombastis...!