Reviews Buku

Wednesday, December 13, 2006

Praktik Kekerasan dalam Film Anak-anak

(Dalam rangka memperingati hari Siaran Anak Internasional 14 Desember)
Oleh: akhmad Kusairi*

Dari sekian banyak orang Indonesia mungkin sebagian kecil saja yang tahu bahwa tanggal 14 Desember merupakan tanggal diperingatinya hari Siaran Anak Internasioanal. Eksistensi peringatan tersebut pastinya didasari oleh keprihatinan terhadap buruknya kualitas siaran (televisi) untuk anak-anak, yang otomatis akan mempengaruhi kualitas psikis dan tingkah laku anak-anak.
Film anak merupakan satu materi yang semua stasiun televisi, baik itu Negeri dalam hal ini TVRI maupun swasta. Terdapat begitu banyak film anak-anak, dari yang berupa kartun klasik film animasi hingga sinetron baik dengan cerita tentang anak atau yang melibatkan anak-anak sebagai artisnya. Dari berbagai variasi tadi film kartunlah yang paling menjadi menjadi perhatian.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh KIDIA (Kritis Media untuk Anak) pada Februari tahun 2005 lalu melaporkan bahwa 84 persen dari anak Indonesia menjadikan film kartun sebagai tontonan sehari-hari.
Sudah menjadi rahasia umum orang beranggapan bahwa film animasi dan kartun dengan tampilan yang lucu serta menarik, dan variasi warna yang mencolok, khas anak-anak, sudah pasti untuk anak-anak. Padahal dalam realitanya tak semua film kartun serta animasi sesuai untuk anak-anak. Semisal Sin Chan dan Spiderman (versi kartunnya), kalau dicermati secara seksama bukanlah film yang diperuntukkan bagi anak-anak, sebab sarat dengan problem orang dewasa sebagai bahan membuat cerita. Film-film tadi banyak sekali berisi adegan dialog yang terkait erat dengan seks atau hubungan romantis antara laki-laki dan perempuan yang belum waktunya dilihat oleh anak-anak.
Anggapan lain mengatakan bahwa film anak tentunya cocok yang sepi dari dari segala macam tindak negatif. Memang seharusnya film untuk anak harus relevan dengan kondisi pertumbuhan anak, khususnya dari sisi pertumbuhan psikologis serta tingkah laku anak. Ini berarti film anak sebaiknya tidak mengandung adegan yang berlawanan dengan nilai edukasi (pendidikan). Adegan kekerasan, seks, seharusnya dijsingkirkan jauh-jauh. Walaupun ada, hanya sebatas untuk pengembangan cerita, bukan daya tarik utama film tersebut.
Tapi dalam realitanya, justru adegan-adegan kekerasan banyak sekali terdapat dalam tayangan anak-anak, terutama dalam film-film kartun, entah film kartun buatan Jepang maupun Amerika. Film Tom & Jerry contohnya. Tak bisa diingkari penuh dengan imajinasi, banyak sekali ide-ide cerdas serta mengagumkan yang dimunculkan, baik oleh Jerry, yang suka usil, dan (Tom yang kerap berprilaku jahat), tapi demi mencapai tujuannya Tom dan Jerry tak jarang melakukan tindakan subversiv, seperti memukul, membanmting, membentak, mencelakakan, bahkan berupaya membunuh seperti biasanya yang ada dalam dewasa.
Begitu halnya dengan film kartun, SpongeBob yang menurut kajian KIDIA termasuk kategori film kartun berbahaya. Figur-figur di film kartun ini memang memiliki nilai-nilai pekawanan yang solid, tapi mereka juga sering melakukaan praktik kekerasan dan percakapan yang tak enak didengar telinga, teutama telinga anak-anak.
Dengan kemampuan nalarnya yang terbatas dalam menyerap serta mencerna makna yang ditayangkan oleh televisi, bukan suatu yang mustahil apa yang dilakukan Tom dan Jerry serta figur dalam SpongeBob dianggap perbuatan yang sah-sah saja oleh anak-anak.
Tak menutup kemungkinan, karena dilakukan dengan lucu maka anak justru tertawa saat figur dalam film kartun tadi mempraktikkan tindak kekerasan, baik secara fisik maupun psikis (mengejek, menghardik, dll). Ini artinya anak juga akan menganggap wajar (bahkan dianggap lucu) saat anak menendang temannya, atau bermusuhan dengan temannya sepanjang seperti yang dicontohkan Tom dan Jerry dalam Tom & Jerry. Bukankah anak-anak adalah peniru ulung, dalam hal ini sesuatu yang ditampilkan oleh film kartun tadi.
Orangtua pastinya tak menginginkan kondisi seperti di atas tadi menimpa anak-anaknya. Jika setiap waktu anak-anak menonton dengan kualitas mengerikan, dapat dibayangkan seperti apa jeleknya prilaku mereka.
Sebagai orangtua atau orang yang berperan aktif dalam pertumbuhan mental anak, sangat pantas jika merasa kuatir dengan tayangan-tayangan tadi. Terlebih setelah mengetahui laporan KIDIA pada pertengahan 2005 lalu yang menunjukkan bahwa dari 19 film kartun yang diteliti, hanya 8 yang 'aman' untuk dikonsumsi. Tentunya aman di sini juga perlu peran aktif orangtua. Sisanya termasuk dalam kategori hati-hati dan bahaya. Ini berimplikasi, orangtua harus menemani anak-anaknya dalam menyaksikan film, baik berupa film yang ditayangkan televisi maupun berupa VCD maupun DVD. Aktvitas menemani ini, mestinya tak hanya diartikan sebagai orangtua ikut duduk dan menyaksikan acara film yang disaksikan anak-anaknya, duduk dan diam. Maksud menemani di sini, tentu saja orangtua harus bertindak aktif , dalam artian orangtua harus menjelaskan sesuatu yang gamblang dalam pemikiran anak-anak.
Sebagai akhir, orangtua harus memberikan sebagian waktu untuk menemani anak-anak mengonsumsi acara di televisi. Supaya mereka memproleh makanan acara yang bergizi lagi sehat.

Menjawab Pertanyaan Fundamental

Pendahuluan

Epistemologi Yang merupakan satu diskursus filsafat berusaha menempat-kan diri dalam obyek kajian pengetahuan. Menyelidiki asal-asal pengetahuan, bagaimana cara memprolehnya, serta metode yang dipakai dalam pendekatan dis-kursus terhadap epistemologi itu sendiri.
Secara literal, epistemologi berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari dua kata, Episteme yang berarti pengetahuan, informasi, dan logos bermakna, kata, pikiran,, percakapan, atau ilmu.[1]
Secara tradisional, yang menjadi pokok persoalan dalam epistemologi adalah sumber, asal mula, dan sifat dasar pengetahuan, bidang, batas, dan jangkuan pengetahuan, serta validitas dan reabilitas dari berbagai klaim terhadap pengetahuan. Oleh karena itu rangkaian pertanyaan yang biasa diajukan menjadi tiga kelompok problem dasar dalam bidang ini. Pertama, apakah sumber pengetahuan itu? Manakah pengetahuan yang benar itu, dan bagaimana kita mengetahuinya? kedua, apakah sifat dasar pengetahuan itu? Apakah ada dunia yang benar-benar berada di luar pikiran kita, dan kalau ada, apakah kita bisa mengetahuinya? Ini adalah persoalan tentang apa yang kelihatan (phenomenia/ apperance) versus hakikat (noumenia/ reference). Dan yang terakhir, apakah pengetahuan kita itu benar? Bagaimanakah kita dapat membedakan yang benar dari yang salah? Apakah kesalahan itu? Pertanyaan-pertanyaan Ini adalah persoalan mengkaji kebenaran atau verivikasi.[2] untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan kritis dan radikal di atas, penulis akan menjelaskan secara ringkas persoalan-persoalan yang menjadi pertanyaan sekaligus persoalan dalam diskursus epistemologi.

Tentang pengetahuan
Apabila dikatakan bahwa seseorang mengetahui sesuatu, itu berarti ia me-miliki pengetahuan tentang sesuatu. Dengan demikian, pengetahuan adalah suatu kata yang diguanakan untuk menunjuk kepada apa yamh diketahui oleh seseorang tentang sesuatu. Apabila si Joko yang baru pulang dari Taman Mini Indonesia Indah (TMII) menceritakan bahwa Taman Mini itu tempat yang sangat indah, bersih, banyak terdapat miniatur Indonesia, berupa rumah adat seluruh Indonesia , dan sebagainya, maka semua yang diceritakannya itu adalah pengetahuan tentang Taman Mini. Kita juga mengetahui bahwa dua ditambah dua sama dengan empat, lima kali lima sama dengan dua puluh lima. Kita pun mengetahui ada bermacam-bermacam bunga, ada mawar, melati, rose, dan lain-lain. Kita juga mengatahui bahwa rusa, babi, anjing, kucing kelinci, kancil dan ayam adalah bagian dari alam. Semua yang kita ketahui tentang sesuatu itu adalah pengetahuan.
Salah satu ciri pengetahuan adalah selalu memiliki subyek, yakni yang mengetahui, karena tanpa ada yang mengetahui tak mungkin ada pengtehuan. Jika ada subyek pasti ada obyek, yakni sesuatu yang ihwalnya kita ketahui atau hendak kita ketahui. Tanpa obyek juga tidak mungkin ada pengetahuan.
Selain itu, pengetahuan juga bertautan erat dengan kebenaran. Karena demi mencapai kebenaranlah, pengetahuan itu ada.
Secara sederhana, kebenaran adalah kesesuaian pengetahuan dengan obyeknya.[3] ketidaksesuaian pengetahuan dengan obyeknya disebut dengan kekeliruan.[4]
Kalau ditelisik lebih dalam, kebenaran dalam istilah Inggrisnya adalah truth (kesetiaan) istilah Latinnya Veritas dan Yunani altheia. Istilah ini lawan dari kesalahan, kesesetan, kepalsuan, dan juga kadang opini. [5]
Suatu obyek yang ingin diketahui senantiasa memiliki banyak aspek yang amat sulit diungkapkan secara serentak. Kenyataannya, manusia hanya mengetahui sebagian kecil aspek dari suatu obyek itu, sedangkan yang lainnya tetap tersembunyi baginya. Dengan demikian, jelas bahwa amat sangat sudi untuk mencapai kebenaran yang lengkap dari iobyek tertentu, apalagi mencapai seluruh kebenaran dari segala sesuatu yang dapat dijadikan obyek pengetahuan.
Dilihat dari aspek formal, pengetahuan bisa dipetakan menjadi tiga jenis, pengetahuan biasa, pengetahuan ilmiah, dan pengetahuan filsafati. Yang dimak-sud dengan pengetahuan biasa adalah hasil pencerapan indrawi yang merupakan hasil pemikiran rasional yang bisa dijumpai dalam kehidupan sehari-har. Pengetahuan ilmiah adalah pengetahuan yang didapat melalui penggunaan metode-metode ilmiah yang lebih menjamin kepastian kebenaran yang dicapai. Sedang pengetahuan filsafati diperoleh lewat pemikiran rasioanal yang didasarkan pada understanding, interpretation, speculation, penilaian kritis yang logis dan sistematis. Pengetahuan filsafati adalah pengatahuan yang berelasi dengan esensi, prinsip, dan asas dari semua realitas yang dipermasalahkan menurut yang akan diketahui.

Asal pengetahuan.
Tentang asal atau sumber pengetahuan, para Filsuf sedikitnya terpetakan menjadi tiga kelompok. Kelompok rasionalisme, yang mengatakan bahwa rasio atau akal budi adalah sumber pengetahuan utama bagi pengetahuan. Kelompok atau paham ini diwakili oleh Plato, Decartes, Spinoza, dan Leibniz. Secara umum para Filsuf ini berpendapat bahwa setiap keyakinan atau pandangan yang bertentangan dengan rasio tidak mungkin benar. Paham ini juga beranggapan ada perinsip-prinsip dasar dunia tertentu, yang diakui benar oleh akal budi manusia. Dari prinsip-prnsip ni kemudian muncul metode deduksi, yaitu penalaran dari suatu kebenaran umum ke suatu hal yang khusus dari kebenaran itu.
Sedangkan beberapa Filsuf lainnya seperti Bacon, Hobes, Jon Locke, mengatakan bahwa bukan rasio, melainkan pengalaman panca indralah yang menjadi sumber utama pengetahuan. Mereka beranggapan bahwa pengetahuan bergantung pada panca indra manusia serta pengalaman-pengalaman indranya. Paham ini kemudian melahirkan metode induksi, kebalikan dari deduksinya kaum Rasionalisme.
Terlepas dari perberbedaan pendapat tadi, penulis tak akan mencap bahwa satu aliran yang paling benar, karena setiap yanmg dianggap oleh sebagian orang itu benar belum tentu benar bagi orang lain. Naum jika disuruh berpendapat, penulis lebih memilih semuanya, dalam arti perpaduan, namun terlebih dulu membuang sesuatu yang tak benar dari pendapat paham-paham tadi. Sebab selain seabgian orang Islam tentunya notabene percaya pada semua kitab yang diturunkan oleh Tuhan. Penulis juga percaya bahwa kitab-kitab juga tak akan terlepas dari pengalaman, pemikiran maupun intuisi (wahyu dan ilham).
Selain tentang pengetahuan, epistemologi juga mempertanyakan kebenaran yang absolut. Tentang masalah ini, semua Filsuf percaya bahwa ada kebnaran di dunia ini, namun tak ada kebenaran yang absolut selain dalam hal ini kebenaran bahwa Tuhan ada.

Penutup
Dari pembahan yang ada di halaman-halaman sebelumnya, dari pertanyaan apa itu epistemologi sampai kemudian, apa kebenaran? Satu jawaban besar yang mungkin penulis temukan, yaitu kebingungan. Sebab dengan kebingungan tentang apa itu epistemologi dan kebenaranlah orang akan berpikir bahwa semua persoalan epistemologi tak akan selesai hanya menjawab sembilan pertanyaan yang dikutip oleh saudara Sudin dari bukunya Louis Kattsoff.
Akhirnya pertanyaan saya kembalikan pada penanya yang mengaku ahli filsafat. Apa itu epistemologi.
Daftar bacaan
-Bagus, Lorens. 1996. Kamus Filsafat. Jakarta: Gramedia.
-Gazalba, Sidi. 1991. Sistematika Filsafat II . Jakarta: Bulan Bintang.
-Kattsoff, Louis. 2004. Pengantar Filsafat. Terjemahan Soejono
Soemargono. Yogyakarta: Tiara Wacana.
-Pranarka, AMW & Anton Baker. Tanpa data penerbitan.
-Rapar Hendrik, Jan. tt. Pengantar Filsafat. Yogyakarta: Kanisius.
-Sunardi, St. 2004. Nietsche. Yogyakarta: LkiS.
-Titus, Harold H. 1984. Persoalan Persoalan Filsafat terjemahan H.M
Rasjidi. Jakarta: Bulan Bintang.

[1] Untuk pengertian epistemologi, hampir semuanya sepakat bahwa epistemologi berarti, percakapan tentang pengetahuan atau ilmu pengetahuan. Lihat dalam Jan Hendrik Rapar. Pengantar Filsafat (yogyakarta: Kanisius, tt) hlm, 160.Lihat juga buku lain, semisal Lorens Bagus. Kamus Filsafat (Jakatarta: Grammedia, 1996) halm, 212
[2] penulis sengaja membedakan tiga persoalan pokok epistemologi, dengan tujuan terpetak jelas mana yang obyek material, dan mana yang obyek formal sehingga terlihat jelas perbedaan antara pengetahuan, kesesetan, serta kebenaran itu sendiri.
[3] Tentang kebenaran, sebenarnya sampai sekarang belum ada kata sepakat dalam definisinya, bahkan Nietsche dengan skeptis mengatakan bahwa kebenaran adalah sejenis kesalahan yang tanpanya manusia tak dapat hidup. Lihat dalam St. Sunardi Nietsche ( yogyakarta: LkiS, tt)
[4] dalam istilah Inggris kekeliruan adalah fallacy dari bahasa latin fallacia, tpu daya, gerak tipu. Lihat dalam Lorenc Bagus. Op. Cit. hlm 437.
[5] Ibid, hlm 412-416.

Saturday, December 09, 2006

Kiat Sukses Jadi Komunikator

Oleh: Akhmad Kusai

Judul : Sukses Jadi Komunikator Ulung
Pengarang : A H Pohan
Penerbit : Indonesia Cerdas
Cetakan : I, 2006
Tebal : 104 halaman

Memasuki jaman yang serba post-modern ini, globalisasi merupakan sosok yang menjadi sentral perdebatan dunia di mana globaisasi sering diartikan hilangnya batas-batas wilayah antara-negara dengan negara lain dikarenakan semakin majunya teknologi komunikasi dan trasportasi, sehingga kita bisa langsung berkomunikasi dengan siapa pun, kapan pun dan dimana pun kita berada. Oleh sebab itu di era globalisasi ini dibutuhkan upaya pembenahan komunikasi sebagai acuan agar bisa berhubungan dengan siapa saja.
Seperti yang dikatakan oleh Jalaluddin Rakhmat, dengan komunikasi kita bisa membentuk saling pengertian, menumbuhkan persahabatan, memelihara kasih sayang, menyebarkan pengetahuan, dan melestarikan peradaban. Tetapi dengan komunikasi kita juga menyuburkan perpecahan, menghidupkan permusuhan, menanamkan kebencian, merintangi kemajuan, dan menghambat pemikiran.
Sebagaimana yang telah Jalaluddin Rakhmat katakan di atas nampaknya komunikasi bagai pedang bermata dua, dimana disatu sisi akan memberikan ketenangan dan perdamaian, tapi di sisi lain justru akan menumbuh suburkan permusuhan dan perpecahan.
Berangkat dari kondisi yang semacam ini A H Pohan seorang praktisi di sebuah perusahaan papan atas di jakarta dalam buku yang berjudul Sukses Jadi Komunikator Ulung ini, mencoba memberikan sebuah solusi dan tawaran baru bagaimana cara berkomunikasi dengan baik dan efektif serta efisien, dengan sebuah misi besarnya yakni mempererat persatuan dan kesatuan, dan mencegah permusuhan dan perpecahan.
Menurutnya komunikasi merupakan bagian penting dari setiap aktivitas dalam kehidupan kita. Tidak peduli apa profesi atau gelar yang kita sandang, entah direktur, manajer, supervisor, atau office boy sekalipun, pasti pernah melakukan aktivitas ini. Kemudian ia menambahkan bahwa komunikasi yang efektif sebaiknya harus berangkat dan dibangun atas dasar kepercayaan, visi, harapan, harga diri, dan keyakinan.
Di bagian komunikasi yang efektif, penulis menjelaskan secara ganblang trik-trik atau kiat membangun sebuah komunikasi yang efektif.. Untuk melakukan komunikasi yang efektif sebagai pengirim pesan, menurut Pohan, ada beberapa tahapan. Pertama, mengetahui dengan pasti apa yang hendak dikomunikasikan –sebuah ide, keputusan, atau permintaan atas informasi tertentu. Kedua, mengenali audiens sasaran –apakah Anda akan berbicara dengan cara yang sama? Mungkin saja tidak. Jadi Anda harus menggunakan kata-kata yang berbeda untuk setiap orang yang menjadi lawan bicara Anda. Ketiga, siapkan pesan yang jelas dan tepat untuk disampaikan. Keempat, minta kepada si penerima pesan untuk menguraikan pesan yang Anda sampaikan. Ketika mereka menguraikan dengan kata-kata mereka sendiri tentang apa yang baru saja Anda ungkapkan, hal ini akan membantu penerima pesan untuk memproses dan mengulang pesan-pesan tadi. Jika keliru Anda tentu saja dapat mengoreksinya.
Sebagai penerima pesan, Anda pun harus melakukan hal-hal berikut berikut. Pertama, dengarkan pesan dengan hati-hati; ulang pesan yang Anda dengar untuk mendapatkaa pesan yang dimaksud. Kedua, bertanyalah untuk mengklarifikasi maksud dari pesan tersebut. Ketiga, dengarkan bahasa tubuh. Jika bahasa tubuh dan kata-kata yang diungkapkan tidak sesuai, gali lagi informasi pesan tadi, atau segera klarifikasi pesan tersebut dengan pemberi pesan. Terakhir, biarkan si pemberi pesan menyelesaikan apa yang ingin ia sampaikan sebelum Anda merespon atau menginterupsi kata-katanya.
Dalam buku ini pula Pohan menjelaskan baragam cara berkomunkasi yang baik dan efektif dilengkapi strategi jitu tentang cara berkomunikasi di saat sulit, menjadi seorang fasilitator, sukses dalam meeting dan negosiasi, dan menjadi presentator yang tangkas dan tentunya komunikatif dalam segala hal.
Oleh karenanya buku ini layak untuk dijadikan pisau analisis kita terhadap semua persoalan komunikasi. Sehingga kasus kesalahpahaman yang berbutut pada pertumpahan darah tak akan terjadi, hanya gara-gara kesalahanpahaman dari sebuah komunikasi.

* Penulis adalah Mahasiswa Filsafat Universitas Islam Negeri Sunan
Kalijaga Yogyakarta.

Thursday, December 07, 2006

Baskoro mengenang Chicago


Judul : Chicago, Chicago
Penulis : Baskara T Wardaya
Penerbit : Galang Press
Cetalan : pertama, 2006
Tebal : 278 halaman

Buku yang mengabil gaya bercerita ini merupakan hasil refleksi seorang manusia akan realitas sekitarnya. Penulisnya, yang memang seorang Romo dan yang pasti sudah menduduki posisi sebagai seorang yang suci, otomatis segala kehidupannya diisinya dengan membaktikan diri kepada kepentingan sosial selain bertanya tentang apa yang mampu ia perbuat bagi manusia lain di sekililingnya.
Di dalam buku ini tidak semata hanya bercerita tentang diri pribadi Baskoro, tapi juga menceritakan kehihupan-kehidupan yang dekat dengannya, serta teman-teman atau orang yang sempat ia temui dalam perjalan hidupnya. Dengan religiusitas dan humanitasnya yang tinggi, tak mengherankan bahwa di tengah-tengah kesibukan penelitiannya, Baskara tidak luput dari kancah pergumulan-pergumulan hak asasi manusia sedunia, yang seringkali mengambil AS sebagai gelanggang. Dalam konferensi PBB tentang HAM pada musim panas 19992, Ia berjumpa dengan Lilu, seorang veteran gerakan mahasiswa Tiongkok yang luput dari pembantaian di Tiannamen, tanggal 4 Juni 1989.
Setelah itu keduanya lama tak berjumpa atau berkomunikasi, tahu-tahu bahwa di bulan Mei 1996 itu Lilu, si pejuang demokrasi telah lulus dari Columbia University di New York. Selain perjumpaan kembali dengan Li Lu, Baskara juga pertama kali berjumpa da sekaligus mewancarai sastrawan hebat kita, Pramoedya Ananta Toer, satu-satunya penulis yang menjadi kandidat Nobel sastra dunia, di kota New York di musim semi 1999.
Dalam wawancara dengan Pramoedya ini ada teman sesama pewawancara yang bertanya soal budaya Indonesia, Pram langsung menunjukkan sikap kritisnya, "Budaya Indoensia itu adalah budaya Bapak-isme", katanya "dari dulu sampai sekarang semua harus dilakukan dalam kelompok, dan secara kolektif kekuasaan diserahkan pada seseorang yang biasa disebut dengan Bapak. Tak ada yang berani berpikir secara individual. Menurut Pram baru pada jaman Chairil Anwar mulai muncul pemikirann individual, sebagaiamana dicerminkan dalam puisinya yang berjudul Aku (118-119).
Dari cerita-ceritanya Baskoro, kota New York cukup berarti bagi studi dan pengembaraannya di AS. Kalau begitu kenapa tidak memilih judul New York, New York bagi bukunya ini ? ternyata karena Chicago yang paling merebut tempat dan waktu dalam pengalaman studi Baskara. Maklumlah Chicgo merupakan kota besar terdekat ke Milwauke, di mana kampus universitas Marquette berada. Tempat ia melanjutkan studi Magister serta doktoralnya sekaligus.
Di tengah kehidupan yang serba keras di AS, ada satu kelompok minoritas yang dijumpai oleh Baskara dalam masa studinya. Satu kelompok minoritas di mana keluaraga itu telah mengangkatnya menjadi anak angkat mereka. Itulah masyarakat Eropa yang non-Anglosaxon, yang aslinya tak berbahasa Inggris, yakni masyarakat Cajun, keturunan para imigran Prancis yang mendiami Lousiana, salah satu negara bagian AS. Walaupun di tempat-tempat umum mereka diharuskan berbahasa Inggris.
Berjibunnya pengalaman yang manis dengan Orang-orang AS yang secara umum dikategorikan sebagai "orang Barat" membuat Ia mempertanyakan kembali dikotomi "Orang Barat versus orang Timur" yang sering diajarkan guru-guru kita di Indonesia.orang Barat selama ini dinggap sebagai orang yang tidak ramah, kasar dalam tingkah laku, individualistis. Sedangkan orang timur adalah orang yang ramah, berbudi halus dan suka menolong sesamanya. Di mata guru tersebut dunia Barat penuh dengan adat yang kurang terhormat, sedang dunia timur itu berlimpah dengan kultur yang bersifat luhur. Mungkin apa yang dikategorikan itu benar tetapi, juga juga tak sepenuhnya demikian, artinya, bisa saja bahwa orang Timur itu mendekati semua ciri tersebut, namun bisa juga gambaran tentang orang-orang Barat itu tak sepenuhnya benar.
Selain itu, ada satu paradoks yang dicatat dengan jeli oleh Penulis buku ini, yakni kehadiran orang-orang Indonesia yang kaya raya sebagai pelanggan barang mewah di toko-toko mahal di Michigan Avenue, Chicago. Ini sangat mengherankan sebab di tengah-tengah kemiskinan dan penderitaan yang dialami rakyat kebanyakan Indonesia mereka masih saja sempat berpoya-poya.
Sebagai akhir, terlepas dari kelebihan maupun kekurangan, buku ini tetap layak untuk dijadiakan cerminan hidup kita yang notabene sudah mengarungi lika-liku kehidupan yang serba keras ini. Sehingga tak heran jika suatu kesalahan sering kita lakukan, baik itu dalam keadaan sadar atau pun tidak.

Saturday, October 14, 2006

Zakat dan Misi Sosial

Oleh: Akhmad Kusairi*

Zakat adalah suatu institusi keagamaan yang merupakan salah satu dari tiang-tiang tertinggi dalam agama Islam. Ia adalah salah satu syiar agama dan identitas masyararakat Islam. Di samping sebagai ibadah, zakat juga mengemban misi sosial dalam prakteknya. Allah selalu menolong hamba-Nya, selama hamba-Nya menolong sesamanya ( al-Hadist). Begitu tinggi posisi zakat sehingga ia ditempatkan sebagai salah satu rukun dalam agama Islam. Penempatan zakat sejajar dengan rukun Islam itu mengindikasikan bahwa seorang manusia dalam kacamata Islam belum dianggap sempurna Islamnya sebelum bersedia mengeluarkan sebagian hartanya untuk keperluan masyarakat yang dalam keadaan sangat membutuhkan.
Sekarang yang terpenting adalah bagaimana zakat memainkan peranannya di tengah himpitan kemiskinan sosial dan ekonomi? Islam sebagai agama yang menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusian dan inteletual, telah menawarkan beberapa solusi dalam menyikapi realitas tersebut. Salah satunya konsep Zakat sebagaimana telah disinggung di atas. Zakat dalam Islam bertujuan untuk meminimalisasikan kesenjangan sosial antara si kaya dan si meiskin (kaum borjuis dan proletar seperti thesis-nya Marx dengan sosialismenya) agar tercipta bangunan keadilan dan pemerataan kesejahteraan.
Zakat dalam konsep Islam terbagi menjadi dua, yaitu zakat Mal dan zakat Fitrah. Zakat Mal adalah bagian dari harta kekayaan seseorang atau badan hukum yang harus diberikan kepada orang-orang tertentu, dan bisa dikeluarkan kapan saja tanpa mengenal waktu. Berbeda dengan zakat Mal, zakat Fitrah hanya bisa dikeluarkan pada bulan Ramadhan, dengan batasan-batasan dan syariat yang berbeda. secara umum tujuan dari kedua zakat itu adalah sama, yaitu demi kesejahteraan sosial. Mungkin yang jadi persoalan sekarang adalah tentang standardisasi miskin atau kayanya seseorang, karena itu akan berpengaruh pada pengeluaran zakat. Sebab orang akan berpikir apakah wajib menerima atau mengeluarkan zakat.
Kaya dan miskin merupakan dua sisi mata uang yang tak dapat berbeda tetapi saling melengkapi dan membutuhkan. Orang miskin tanpa orang kaya, tak akan bisa hidup. Sedang orang kaya tanpa orang miskin akan susah. Realitas seperti ini menimbulkan suatu problema tersendiri dalam kehidupan bermasyarakat.
Jika dipandang dari sudut teori, penyebab kemiskinan tak lain adalah adanya hierarki socio-ecomic di tengah masyarakat. Hierarki ini dapat berupa persaingan yang tak sehat dalam hal ekonomi, adanya hasrat menguasai (seperti analisis Marx), dan lain sebagainya.
Berangkat dari realitas itulah, kemudian zakat dengan misinya mencoba menekan sekecil mungkin angka kemiskinan masyarakat. Zakat yang dalam akar katanya berasal dari bahasa Arab dari kata dasar (fiil madhi) zaka yang berarti berkah, tumbuh dengan subur, sejak dari jaman klasik hingga jaman posmodernisme sekarang telah menjadi sebuah rutinitas dalam masyarakat Islam terutama di bulan Ramadhan.
Selama ini kita mungkin hanya mengenal konsep zakat di kalangan muslim, sebenarnya kalau boleh jujur konsep zakat tak hanya ada di dalam Islam, tetapi hampir semua agama besar di dunia juga menerapkan zakat. Namun simbol dan bahasa yang digunakan saja yang berbeda. Dalam hal ini perbedaan hanya sebatas pada form saja, karena dalam esensi dan eksistensi, tujuannya sama dengan Islam. Dalam Hindu konsep zakat dikenal dengan Datria Datrium. Dalam Buddha, konsep sejenis disebut sebagai Etika atau Sutta Nipata. Sedang bagi agama Kristian menjadikan Tithe sebagain konsep zakat.
Jadi dalam mengatasi pernmasalahan-permasalah sosial khusunya kemiskinan, semua agama mempunyai cara (solusi) tersendiri dengan bungkus yang berbeda-beda, sebab problema kemiskinan itu tak hanya terjadi dalam masyarakat Islam. Tetapi juga agama-agama lain juga mengalami hal yangs serupa, dengan kata lain problema kemiskinan sudah menjadi problema global.
Zakat dan berbagai macam bentuknya tadi menurut penulis merupakan solusi yang solutif guna memerangi kemiskinan seperti sekarang ini. Terus apa relasinya dengan dunia pendidikan, dalam hal ini zakat digunakan untuk biaya pendidikan? Menurut penulis relasinya sudah sangat jelas, dengan artian masalah utama pendidikan sekarang, terutama di Indoenesia adalah minimnya dana bagi orang yang mau mengenyam pendidikan. Sehingga membentuk paradigma umum bahwa “Orang Miskin dilarang sekolah” tulis Eko Prasetyo dalam bukunya.
Akhirnya dalam mengatasi masalah minimnya biaya untuk pendidikan, penulis berpendapat bahwa zakat dan berbagai bentuknya tadi merupakan solusi yang terbaik, yang sedikit sekali negatif effect-nya, dibanding dengan solusi ngutang ke luar negeri untuk mendapatkan dana sepeti yang dilakukan pemerintah Indonesia sekarang.

· Penulis adalah Mahasiswa Fakultas Ushuluddin jurusan Aqidah Filsafat UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Tuesday, October 10, 2006

Gratifikasi sebagai Legalisasi Korupsi

Akhmad Kusairi*

Membicarakan korupsi di ranah internasional tentunya sangat beda jika dibicarakan di tingkat lokal, dalam hal ini Indonesia yang sudah mendapat predikat tingkat korupsi terbesar kedua di dunia. Jadi bukan suatu yang mengherankan jika sebagian besar warga negara Indonesia menjadikan korupsi sebagai guide of life (pegangan hidup) sehari-sehari. Apalagi sistem birokrasi yang tampaknya memberikan angin segar bagi para koruptor, baik itu dalam skala kecil maupun yang dalam sekala besar, dengan artian menilep uang negara tanpa rasa bersalah sedikitpun bahkan membela mati-matian jika si Koruptor dihadapkan batu sandungan berupa pangadilan, yang dalam hal ini diwakili oleh Komisi Pemberantasan Korupsi ( KPK). Saat menjelang lebaran seperti sekarang ini pemberian dalam bentuk parsel, Soufenir, atau hadiah biasa diberikan oleh pejabat negara yang satu kepada yang lain yang awalnya memang tak tak bisa dipungkiri sebagai bentuk tali silaturrahim bagi sesama muslim atau mempererat tali persaudaraan bagi yang non-Islam.
Tapi gejala lain menunjukkan bahwa nilai dan bentuk pemberian tadi semakin hari semakin tak proporsional atau dengan kata lain melebihi batas kewajaran. Dari segi esensinya pun parsel atau pemberian tadi bisa berubah bentuk dari berupa uang menjadi bentuk lain dengan nilai yang lebih besar. Mungkin dengan alasan itulah menurut penulis KPK melarang pejabat publik atau pejabat negara mengirim dan menerima parsel. Persoalannya, kenapa KPK melarang pejabat negara menerima dan mengirim gartifikasi? Sebab, parsel merupakan salah satu bentuk tindakan yang jelas bernuansa korupsi. Hal itu diatur Dalam Undang-undang No 20/2001 pasal 12 B ayat 1 dan 2 bahwa setiap tindakan gratifikasi kepada pegawai negeri atau penyelenggara negara dianggao pemberian suap apabila berhubungan dengan jabatan dan yang berlawanan dengan kewajiban atau tugasnya. Dengan undang-undang tadi, setiap pejabat negara yang menerima bingkisan atau parsel wajib melapor kepada KPK untuk diverifikasi, apakah pemberian itu benar-benar sebagai bemtuk pemberian yang murni, atau pemberian tadi memiliki keterkaitan dengan jabatan, dengan kata lain suap tersamar.
Dari pemaparan tadi, penulis sangat setuju dengan tesisnya Dennis F. Thompson dalam Political Ethics and Public Office ( 1993) yang menulis, bahwa pemberian gratifikasi merupakan bagian dari pelanggaran etika. Karena secara ringan saja kebiasaan tadi sangat tak bermoral atau bahkan tak manusiawi jika melihat fakta realita yang ada sekarang ini yang sebagian besar masih terjerat dengan kemiskinan serta utang yang menjerat leher ditambah dengan bencana yang bak hujan deras yang turun dari langit menimpa bangsa Indonesia ini.
Memang pada prinsipnya pemberian tadi ada benarnya menngingat kita adalah sebagai makhluk social yang tak akan luput dari yang namanya mansyarakat lain yang itu juga bias berbentuk rasaimpatik atau penghormatan kepada yang lain yang juga sesame pejabat. Intinya pemberian parsel tadi harus logis dalam artian wajar dalam tatanan bermasyarakat.
Akhirnya penulis beependapat pemberian parsel tadi sah-sah saja jika terlepas dari unsur kepentingam yang mengarah pada kepentingam plitik atau semacamnya. Terus timbul pertanyaan, bagaimana kita tahu bahwa itu ada kepentingan politiknya apa tidak? Itu menurut penulis terserah pada KPK. Tapi penulis mengutuk penberian parsel yang jumlahnya melebihi kewajaran, karena bukankH lebih baik jika parsel tadi diberikan kpeda yang lebih memerlukan, dengann kata lain pemberian parsel yang jumlahnya besar itu tak lain dari bentuk legalisasi korupsi berupa gratifikasi.

* penulis adalah Mahasiswa Aqidah Filsafat UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Saturday, October 07, 2006

Keberanian sang Reporter Bawah Tanah

Judul : The underground Reporter
Penulis : Kathy Kacer
Penerjemah : Purnawijayanti
Penerbit : Kansisius
Terbit : Pertama, 2006
Tebal : 217 halaman

Pada mulanya kehidupan yang dijalani oleh John Freund beserta teman-temannya di Budejovice ( baca; bu-de-ho-vi-sai), Cekoslavakia biasa-biasa saja, tapi setelah kedatangan tentara Nazi pada Maret 1939, mereka selalu dihantui perasaan takut. Penyiksaan, perlakuan kasar, serta penerapan aturan-aturan baru untuk rakyat secara perlahan mencekam perasaan warga setempat. Dari sinilah cerita yang mengambil gaya menulis laporan reportase ini bermula. Bagaimana saat peraturan-peraturan yang dibuat oleh kaki tangan Hitler sangat tak berpihak pada mereka orang Yahudi, malahan menganggap orang Yahudi sebagai penyebab kekalahan Jerman pada perang dunia pertama, karena sejak mengalami kekakalahan pada perang dunia itu keadaan di Jerman sangat memprihatinkan. Ekonomi yang serba parah yang menyebabkan banyak orang Jerman kehilangan pekerjaan.

Hitler yang memang anti-Yahudi menuding Yahudi sebagai penyebab seluruh kesulitan yang dialami oleh bangsa Jerman. Di tengah keadaan yang seperti itu banyak orang Jerman yang merasa senang, karena telah menemukan orang yang bertanggung jawab atas peceklik yang menimpa Jerman. Propaganda anti-Yahudi dan genosida itu tidak hanya berlaku pada bangsa Yahudi Jerman, di era 1920-1944, tetapi juga beberapa negara di Eropa lainnya. Termasuk di dalamnya Negara Cekoslavakia Negara tempat John bersama Ruda hidup

Di tengah diskriminasi dan kekejaman tentara Nazi, John Freund beserta teman-temannya merasa kehidupan mereka terasa hampa tak berarti, Karena mereka harus menaati peraturan-peraturan yang tak berpihak kepada meraka. Akhirnya atas inisiatif Ruda Stadler, mereka membuat majalah Klepy ( yang dalam bahasa Cheska berarti gossip).
Setelah sukes dengan edisi pertama, Klepy yang sebelumnya hanya diisi oleh Ruda mendapat sambutan yang luar biasa dari teman-teman sesama Yahudinya, khususnya anak-anak. Edisi demi edisi majalah Klepy mengalami kemajuan, yang semula hanya 3 halaman, kini menjadi 25 halaman sampai terbit 20 edisi pimpinan Ruda, dan 2 edisi berikutnya oleh anak yang bernama Milos.

Peraturan-peraturan baru terus dibuat oleh Hitler, termasuk di antaranya pada April 1942 semua warga Yahudi di Budejovice, kotanya John dan Ruda, diharuskan mengunggsi ke ‘Theresienstadt’, kota yang diperuntukkan bagi tahanan Yahudi dari Cekoslovakia dan sebagian wilayah Eropa yang kemudian diungsikan lagi menuju kota kematian , yaitu Auschwitz.
Di tengah ketakutan terhadap kematian di Theresienstadt, John bersama teman senasib kembali membuat majalah yang bernama Bobrick, yang diambil dari bahasa Cheska yang artinya “berang-berang” untuk menunjukkan semangat pekerja yang rajin.

Ternyata harapan yang sudah diharapkan oleh orang Yahudi terkabul juga saat tentara sekutu membuat pasukan Jerman dan teman-temannya menyerah pada Sekutu.

Novel karangan Kathy Kacer ini walaupun sedikit membosankan karena gaya bercerita ala wartawan patut diacungi jempol karena berkat ketekunan, serta keberanian penulisnya buku ini dapat kita nikamati sebagai warisan perang Dunia kedua yang notabene sekaligus sejarah yang sangat berarti bagi kelangsungan sejarah kehidupan dunia. Selamat membaca…!

* Penulis adalah Mahasiswa Aqidah Filsafat UIN Sunan Kalijaga Yogyakartatersadar

Tuesday, September 26, 2006

G30S: Arus Balik Soekarno

Akhmad Kusairi*

Gerakan 30 September (G30S), atau Gestapu mungkin hanya setetes dari air di lautan yang maha luas bagi sejarah perjalanan dunia, tapi bagi Indonesia G30S sangat berarti, karena di sinilah sejarah Indoenesia bermula dengan pemerintahan baru yang mengaku dirinya Orde Baru. Membicarakan G30S secara otomatis akan membuat kita kembali menengok sejarah yang sampai sekarang masih menimbulkan pro dan kontra, lengkap dengan teori seputar kejadiaannnya, termasuk di dalamnya teori yang mengatakan bahwa presiden Soekarno terlibat dengan tragedi militer sepanjang tahun enam puluh lima tadi, yang dilontarkan oleh Anthony Dake.
Lambert Guebels dalam buku yang berjudul De Fatale Gebeurte Nissen yang terbit medio tahun 2005, dengan cermat menuliskan suasana pada hari sepanjang tahun 1965, saat sekelompok tentara Angkatan Darat dengan dukungan massa komunis berusaha merebut kekuasaan dan akhirnya malah menyeret runtuhnya kekuasaan presiden Soekarno. Apakah presiden Soekarno terlibat? Bagaimana peran DN Aidit bersama partai komunis Indonesia (PKI) yang dipimpinnya? Siapa di balik Letnan Kolonel (Letkol) Untung, tokoh yang secara terbuka mengaku dirinya komandan G30S, serta menculik enam jenderal Angkatan Darat? Mengapa Panglima Kostrad Mayjen Soeharto berhasil memulihkan situasi dan dahkan akhirnya tampil menggantikan presiden Soekarno?
Sejak lengsernya rezim Orde Baru pada tahun 1998 di tanah air dikenal beberapa versi sejarah yang berbeda. Selain menonjolkan keterlibatan pihak asing seperti CIA, juga muncul tudingan terhadap keterlibatan Soeharto dalam "Kudeta Merangkak", yaitu rangkaian tindakan dari awal Oktober 1965 sampai keluarnya (Supersemar) Surat Perintah Sebelas Maret 1966 dan ditetapkannya Soeharto sebgai pejabat Presiden tahun 1967. "Kudeta Merangkak" terdiri dari beberapa versi ( Saskia Wieringan Peter Dale Scot ), dan beberapa tahap.

Polemik Pemikiran
Gerakan yang mengakibatkan gugurnya enam Jenderal dan seorang perwira Angkatan Darat itu memang meninggalkan banyak pertanyaan, yang masih perlu dicarikan jawabannya. Kalaupun ada yang pasti dari peristiwa G30S malam itu adalah berubahnya jalan hidup presiden Soekarno. Sinar matahari yang menyinari bumi pada tanggal 1 Oktober dan hari-hari sesudahnya tak lagi tampak sama di mata presiden Soekarno. Sejak pagi itu, perlahan namun pasti mulai surut ke belakang. Tanggal 1 Oktober merupakan Turning Point (Arus Balik) dalam perjalanan hidup Bung Karno. Karena peristiwa G30S, sehari sebelumnya mengawali kejatuhan Bung Karno dari tampuk kekuasaannya.
Sejak peristiwa naas G30S, Presiden Soekarno bukan lagi pemipin tertinggi di Indonesia. Pada hari yang sama Pangkostrad Mayjen Soeharto mulai membangun kekuatan tandingan yang secara sepihak mengambil alih Pimpinan Angkatan Darat dari tangan Jenderal Ahmad Yani, yang belum diketahui keberadaannya. Bukan itu saja, Soeharto juga mencegah beberapa perwira yang dipanggil presiden Soekarno untuk menghadap.
Siang hari, dalam pertemuan dengan menteri Angkatan Udara, Laksdya Omar Dani, Menteri Angkatan Laut, Laksdya RE. Martadinata, serta Menteri Polisi, Inpspektur Jenderal, Soetjipto Joedo Diharjo, Presiden Soekarno memutuskan untuk megambil alih seluruh tanggung jawab dan tugas Menteri Angkatan Darat, serta mengangkat asisten Menteri Angkatan Darat bidang personel, Mayjen Pranoto Reksosamudro sebagai Caretaker Menteri Angkatan Darat.
Usai pertemuan itu, pukul 17.00, Presiden Soekarno memerintahkan ajudannya, Kolonel Bangbang Widjanarko, memanggil Mayjen Pranoto Reksosamudro untuk menghadap. Namun seperti pada harinya, Mayjen soeharto kembali menegaskan bhwa untuk sementara Ia memegang kendali Angkatan Darat. Dengan alasan, Ia tak ingin Angkatan Darat kehilangan Jederalnya lagi.
Pembangkangan terhadap Presiden Soekarno itu bukanlah yang pertama kali dilakukan oleh Mayjen Soeharto. Sebab di saat Presiden Soekarno gencar-gencarnya berkonfrontasi dengan Malaysia, di Kostrad dibentuk operasi khusus (Opsus) Letkol Ali Moertopo dan dibantu Mayor LB Moerdani. Personel Opsus secara diam-diam melakukan kontak rahasia dengan pihak Malaysia untuk mengupayakan perdamaian antara kedua belah pihak.
Dalam buku yang bertajuk Memoar Oei Tjoe Tat Pembantu Presiden Soekarno, terbitan Hasta Mitra, Oei Tjoe Tat menuturkan,"Dengan cepat iklim dan suasana politik di ibu kota bergeser 180 derajat. Menrut pengamatan saya, sejak 1 dan 2 Oktober 1965 kekuasaan de facto sudah terlepas dari tangan Presiden selaku penguasa Republik Indonesia. Memang padanya masih ada corong mikrofon, tetapi inisiatif, dan kontrol atas jalannya situasi sudah hilang".
Supersemar, Arus Balik Soekarno.
Setelah usaha merebut jabatan di dalam kabinet dikuasai berhasil, Soeharto ternyata tak berhenti sampai di situ, Ia terus mengganggu pemerintahan Presiden Soekarno. Meskipun Ia merupakan salah seorang menteri dalam pemerintahan itu, dengan mengerahkan Mahasiswa turun ke jalan untuk berdemontrasi. Gangguan itu mencapai puncaknya pada tanggal 11 Maret 1966 yang ditandai dengan pengerahan pasukan tak beridentitas di balik Para Mahasiswa yang mengadakan unjuk rasa. Peristiwa ini berbuntut dikeluarkannya Supersemar 1966.
Setelah mendapatkan Supersemar, keesokan harinya Soeharto langsung membubarkan PKI dan orgsnisasi massanya, serta menytakan PKI sebagai organisasi terlarang. Pada ta7 Maret Soeharto menahan 15 menteri kabinet Dwikora yang diduga terlibat G30S dan memasukkan orang yang mendukung. Presiden Soekarno mengkritik keras tindakan Soehrarto, dan menyebutnya sebagai bertindak di luar wenangannya. Namun Soeharto tak menggubrisnya.
Situasi itu membuat ajudannya, Bambang Widjanarko dalam buku, Sewindu Dekat dengan Bung Karno menulis," Berdasarkan Surat Perintah sebelas Maret yang ditandatangani oleh BK sendiri itulah jalan hidup BK berubah, dan karier politiknya berakhir.
Kalau mau, Presiden Soekarno masih bisa bertahan dan menghadapi rongrongan Pangkostrad Mayjen sooeharto terhadap kekuasaannya, karena masih banyak rakyat serta kesatuan-kesatuan angkatan bersenjata yang berdiri di belakangnya yang secara terbuka menyatakan siap membela Presiden Soekarno. Namun instruksi untuk bertindak tak pernah ada. Dari orang-orang terdekatnya, diketahui bahwa Ia tak ingin melihat perang saudara terjadi di Negara kesatuan republik Indonesia, apalagi anacaman neokolonisme sudah ada di pelupuk mata.
Akhirnya Sang Fajar merelakan adanya mentari yang akan terbit. Dengan ketetapan MPRS nomor XXXIII / MPRS/ 1967, tentang pencabutan kekuasaan pemerintahan negara dari tangan Presiden Soekarno, dan mengangkat Jenderal Soeharto sebagai Presiden.


* Penulis adalah mahasiswa Aqidah filsafat UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Friday, September 22, 2006

Nasionalisme Versus Lomba Lari dalam Karung

Sekitar enam puluh satu tahun lalu Soekarno dan Mohammad Hatta memproklamasikan Indonesia sebagai negara merdeka, negara yang bebas dari negara asing, terlebih pada negara Jepang ataupun negara Belanda yang notabene tak rela dengan adanya proklamasi ini. Ini terbukti saat pasukan Sekutu datang kembali ke Indonesia dengan alasan ingin melucuti senjata tentara Jepang yang ternyata hanya sebuah taktik militer untuk menguasai Indonesia kembali, tapi Indonesia tak ingin pengalamannya terulang kembali yang telah dijajah oleh bangsa asing sekitar kurang lebih tiga setengah abad, (penulis menyatakan begitu karena memang samapai sekarang masih terjadi perdebatan mengenai berapa lama Indonesia dijajah oleh bangsa asing. Itulah sejarah, dan sejarah tidak dikatakan sejarah jika tidak bebas dari kritikan, denghan kata lain sejarah harus dinamis tak boleh statis).Lantas apa relasinya dengan lomba lari dalam karung? Menurut penulis relasinya sangat erat dengan lomba tadi. Pertama karungnya, menurut penulis itu menyimbolkan tirai penjajahan yang sudah sepatutnya disibak oleh bangsa kita. Kedua larinya di dalam karung, itu mengambarkan bahwa kita dihalang-halangi oleh bangsa penjajah. ketiga saat peserta sedang lari itu itu menggambarkan bahwa kemerdekaan harus diuasahakan, dan keempat saat peserta dengan sangat antusias untuk mencapai garis finish itu menggambarkan proses saat kita berjuang dengan berbekal semangat nasionalisme. Karena semangat nasionalisme adalah alat yang tak boleh luntur apalagi sampai hilang dari peredaran darah perjuangan kita sehingga bangsa kita mencapai finish, yaitu kemerdekaan total, " Kemerdekaan seratus persen" ungkap salah seorang tokoh kita, Tan Malaka.
Terus kalau lari dalam karung sangat erat relasinya dengan semangat nasionalisme, lantas bagaimana dengan lomba-lomba yang lain seperti makan kerupuk? Menurut penulis lomba itu tidak mempunyai relasi sama sekali, bahkan hanya menggambarkan kerakusan bangsa Indonesia, serta kaum kapitalis internasional. Akhirnya walaupun itu hanya lomba, penulis kira juga harus ada unsur nasionalismenya, karena sekarang ini semangat nasionalsime sedang meranggas, tulis seorang penulis di harian Kompas. Dan sekarang kita harus semangat untuk bangkit, bahwa Indonesia pernah jaya di dunia internasional --
Penulis adalah Mahasiwa Aqidah Filsafat UIN Sunan Kalijaga

Monday, September 11, 2006

Sebelas September dan Nasib Islam

Hari Senin adalah hari peringatan hancurnya gedung World Trade Centre (WTC), suatu peringatan yang mempunyai konsep ingin menyudutkan Islam , karena sampai saat ini jaringan Islam lah yang dijadikan tersangka nomor satunya, tanpa terlebih dulu mencari buktinya. Serbagai pemimpin al-Qaida sangat wajar vjika seorang Osama bin Laden menampik tuduhan itu, namun apa hendak dikata saat penguasa dunia itu mengklaim Osama sebagai teroris nomor satu di dunia. Sedangkan Osma hanya bias bergerilya sambiul sesekali menampakkan diri di depan publik yang sampai sekarang tidak diketemukan oleh Amerika dan kawan-kawannya.
Amerika dengan alsan memburu Osama menyerang Afghanistan yang ketika itu masih dikuasai rezim Thaliban yang tidak bias kita mungkiri banyak menimbulkan korban. Gedung-gedung rusak, pemukiman banyak yang hancur, dan juga seklaigus darah orang Afghanistan mengalir deras tanpa pernah disumbat dengan adanya perdamaianatau pun menghentikan agresi militer oleh Amerika.
Peristiwa di Afghanistan menjadi luka yang menimbulkan trauma berkepanjangann itu masih hangat di memori otak waras kita, tapi sekarang Israel yang notabene mendapat sokongan Amerika dan Sekutunya kembali memborbandir Lebanon. Negara yang berpendudukan mayoritas Muslim hanya karena dengan alasan ingin membebaskan tahanan yang ditahan oleh kelompok gerilyawan Hesbollah.
Kalau kita perhatikan dan maun berpikir sehat agresi Israel tadi sangat tidak beralasan karena kalau kita mau melihat sejarah kenbelakang, betapa banyaknya dartah Mujahid Palestina dan yang disebabkan oleh ‘Irael’ dan antek-anteknya. Terus di mana kita sebagai warga Negara Indonesia yang mempunyai penduduk yang menjaikan Islam sebagai agama mayoritas. Di mana juga campur tangan United Nation (PBB) yang katanya organisasi yang bergerak di bidang perdamaian dunia? Mana juga tindakan OKI? (Oraganisasi Konferensi Islam). Memang benar tulisan ini tidak mengkhususkan diri mengungkapkan emosi belaka, tapi berdasarkan fakta yang empiris lagi logis.
Terus relevankah kita sebagai warga Indonesia yang punya komitmen sebagai Negara yang menjaga ketertiban dan perdamaian dunia membebek mengikuti peringatan hari teroris internasioal yang dipelopori oleh Amerika sSerikat? Pantaskah kita memperingati hari jatuhnya WTC sekaligus hari menjelang agresi pasukan multi nasional pimpinan Amerika guna memburu Osama yang berada di Afghanistan tanpa memperhatikan keselamatan infrasuktur sipil serta masyarakat sipil yang pastinya tidak tahu apa-apa tentang tragedy 11 sepetember 2001? Pantaskah kita juga ikut-ikutan memperingati hari naas bagi Amerika itu dan juga hari mula penderitaan umat Islam di Afghanistan.
Akhirnya tulisan in hanyalah refeleksi keberadaan kita sebagai manusia yang peduli terhadap sesame bangsa dunia tanpa mempedulijkan perbedaan agama, seku serta bangsa, mengecam keras segala bentuk kekerasan dan ketidakadilan

Friday, January 13, 2006

Perjumpaaan Islam dengan Modernitas

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.
Sekitar lima abad lalu, Islam terlahir di tanah Hijaz, tepatnya di kota Mekah, kota yang makmur secara material, tapi miskin secara moral. Pada jaman inilah Muhammad SAW.diutus oleh Allah sebagai nabi yang membawa Islam. Agama yang dianggap oleh penulis agama yang paling sempurna di muka bumi ini. Ungkapan ini keluar bukan dari semangat apologisme yang sekarang melanda umat beragama, tapi berdasarkan fakta yang ada.
Masa demi masa Islam terus berkembang, sehingga Islam menjadi agama universal. Islam tersebar sampai ke lima benua. Intinya Islam mengalami masa kejayaanya. Tapi oleh sebab itulah umat Islam terlena dengan kemajuan agama yang dianut mereka, sehingga lambat laun peran Islam dalam berbagai bidang secara perlahan namun pasti diambil alih oleh Barat yang sudah bangkit dari masa kegelapannya dengan mempelajari penemuan-penemuan Ilmuan Islam. Situasi bertambah buruk setelah jatuhnya kota Granada di Andalusia oleh Raja Ferdinand dari Aragon dan Ratu Isaabella dari Castilia.Setelah jatuhnya peradaban Islam di Andalusia, Islam benar-benar suram, karena sumber-sumber ilmu pengetahuan malahan dipelajari dan disalin oleh orang-orang Kristen Eropa. Akibatnya malah terbalik, yang dulunya orang-orang Islam lah yang berperan penting bagi peradaban sekarang orang-orang Kristen Eropa yang berperan penting. Situasi ini terus berlangsung sampai kemudian muncul tokoh-tokoh modernis Islam, baik itu di Mesir, Afghanistan, India, Turki, Pakistan, dan di tempat-tempat lain yang mayoritas penduduknya adalah Islam pada akhir abad ke-18 masehi.
Pada jaman itu bermunculan nama tokoh-tokoh modernis Islam yang dengan teratur membentuk tiga aliran. Pertama aliran Puritan, yang mengajak umat Islam agar kembali pada ajaran agama yang sebenarnya, memberantas takhayul dan bid’ah (sesuatu yang tidak ada pada zaman nabi Muhammad SAW ). Gerakan ini pada akhirnya terkenal dengan gerakan Wahabi, yang dinisbatkan kepada pelopornya yang bernama Muhammad bin Abdul Wahab.1
Kedua aliran modernisme yang dipelopori oleh Jamaludin Islam al-Afghani dari Afghanistan. Ia cenderung berpikiran modern, karena ia mendesak kepada masyarakat Islam agar kembali menyadari bahwa Islam adalah agama nalar dan ilmu pengetahuan – sebuah kekuatan yang dinamis, progresif, dan kreatif yang mampu menjawab tantangan modernitas.Dan yang ketiga adalah aliran sekularisme. Aliran yang ingin memisahkan agama dan negara. Salah seorang tokohnya adalah Ahmad Luthfi al-Sayyid. Ia berdalih bahwasannya kebasan merupakan basis terpenting masyarakat. kebebasan dari penguasaan asing, kebebasan dari kontrol negara dan pengakuan hak-hak sipil, dan politik warga negara yang asasi merupakan prinsip utama bagi pembentukan masyarakat. menurut Luthfi al-Sayyid nasionalisme berarti pemerdekaan dan sekaligus merupakan sistem politik sosial yang baru.3 Dari beberapa aliran di ataslah jaman modern Islam bermula.
Dengan demikian berbicara tentang jaman modern Islam sebenarnya tidak bisa terlepas dari peran Barat. Karena secara tak langsung dari sanalh modernisasi Islam bermula; baik itu berupa kesadaran umat Islam bahwa hegemoni Barat telah membelenggu kehidupan orang-orang Islam, maupun berupa kesadaran bahwa umat Islam telah terhanyut dalam bid’ah maupun takhayul yang menyesatkan sehingga membuat pikiran tidak rasional.
Di dalam tulisan ini penulis ingin mengetengahkan perkembangan-perkembangan modern awal dalam Islam, masa Imperium-imperium besar Islam seperti Osmani, Mughal, dan Safawi yang mulai menyadari betapa pentingnya memodernisasi Islam.
B. Identifikasi Masalah.
Dengan demikian paper ini akan membahas Sejarah Islam di Jaman modern.
C. Rumusan Masalah.
Untuk memperjelas limtasi-limitasi dan ruang lingkup pembahasan paper ini rumusan masalah yang akan dijawab oleh paper ini adalah :
1. Apa pengertian modernitas dan bagaimana pengalaman modernias dalam sejarah Eropa.
2. Bagaimana respons Islam dalam meghadapi tantangan-tantangan modernitas.
D. Tujuan Pembahasan.
Dengan demikian, paper ini hendak membahas hal-hal berikut :
1. mendeskripsikan pengertian dan pengalaman modernitas dalam sejarah Eropa.
2. mendeskripsikan bentuk-bentuk respons Islam terhadap modernitas.
E. Metodologi Pembahasan.
Paper ini merupakan kajian perpustakaan dengan tipe deskriptif. Adapun metodologi pembahasannya ialah ada dua macam :
a. Induksi :Merupakan metode penarikan kesimpulan yang bertolak dari sampel-sampel partikular untuk dipakai sebagai landasan kesimpulan yang bersifat universal.
b. Deduksi :Merupakan metode penarikan kesimpulan yang bertolak dari hipotesis atau asumsi yang diyakini bersifat universal untuk diterpkan pada kasus partikular.
F. Sistematika Pembahasan.
Penulis paper ini membagi-bagi pembahasan paper ini dalam beberapa bab sebagai berkut :
Bab I berupa pendahuluan yang berisi latar belakang, identifikasi masalah, rumusan masalah, tujuan pembahasan, metodologi pembahsan, dan sistematka pembahasan.
Bab II terdiri dari dua sub bab yang mendeskripsikan pengertian modernitas serta pengalaman modernitas dalam sejarh Eropa.
Bab III membahas masyarakat Islam dan tantangan modernitas serta modernisasi imperium-mperium Islam.
Bab IV membahas tentang respons-respons terhadap tantangan modernitas yang berupa modernisme Islam, tradisonalisme Islam, dan sekularisme.
Bab V berisi penutup yang mencakup kesimpulan, saran-saran dan biblografi.


BAB II
MODERNITAS DAN TANTANGAN-TANTANGANNYA.

A. Pengertian Modernitas.
Kata modernitas berasal dari bahasa Inggris yaitu modern, yang artinya of the present or recent times. 1 Menurut kamus umum bahasa Indonesia, modern berarti terbaru ; mutakhir; sikap dan cara berpikir serta bertindak sesuai dengan tuntutan zaman.2 Sedangkan pengertian modernitas itu sendiri adalah kemoderenan; yang modern; keadaan modern.3
Menurut Marshall G.S Hodson, abad modern itu sesugguhnya lebih tepat disebut abad tehnik apalagi jika harus dihindari konotasi moral yang kontroversial pada perkataan “ modern” ( modern berarti baik, maju, dan lain-lain).4 Ira M. Lapidus berpendapat bahwa modernitas merupakan pengalaman bersifat plural sebab ia merupakan hasil dari upaya elit pribumi untuk merekontrusi masyarakat mereka sendiri.5
Berbeda dengan Lapidus, Nurcholis Madjid mengartikan modernitas dengan artian suatu ungkapan tentang kenyataan mengenai hidup zaman mutakhir ini, dalam pengertian positif dan negatif yang campur aduk dengan pendekatan spesifik kepada suatu masalah spesifik. 6
Richard Bernstein mendefinisikan modernitas sebagai krisis dan terutama sebagai pembusukan makna warisan pencerahan.7 Sedangkan Bruce Laurence berpendapat “bahwa modernitas merupakan proses yang diasosiasikan dengan modernisasi yang mencakup, namun tidak terbatas pada meningkatnya birokratisasi dan rasionalisasi, kemampuan teknis dan pertukaran global”.8 Sedang penulis sendiri mengartikan modern dengan artian jaman yang mengalami perkembangan atau perubahan secara drastic dan peradaban yang sangat maju.
Dari beberapa pengertian di atas penulis dapat menarik kesimpulan bahwa modern maupun modernitas itu sangat erat hubungannya, artinya antara modern dan modernitas saling berhubungan satu sama lain. Kalau modern itu berkonotasi kuat terhadap pola hidup zaman mutakhir, sedangkan modernitas lebih condong kepada sifat modern itu sendiri.
B. Pengalaman Modernitas Dalam Sejarah Eropa.

Berbicara zaman modern di Eropa sebenaranya tidak akan terlepas dari peran Islam, karena dengan mempelajari penemuan-penemuan orang Islam serta peradaban Islam lah Eropa bisa menyadari betapa pentingnya revolusi digalakkan sehingga kemudian muncul penemuan-penemuan orang Eropa sendiri, sehingga menyebabkan orang Eropa maju dalam berbagai bidang – dalam ilmu pelayaran misalnya orang-orang Eropa ( yang selanjutnya akan disebut Barat) mempelajari cara-cara orang Islam sehingga kemudian memunculkan kolonialisme serta imperialisme ke Afrika maupun ke Asia. Barat menerjemahkan secara besar-besaran karya-karya orang Islam dalam berbagai bidang dari filsafat sampai ke teknologi.9 Dan ini bermula setelah Barat khususnya Kristen kalah dalam perang Salib. Barat mengagumi kebudayaan, teknologi, maupun sains dari orang Islam.10 Dan oleh karena itulah penulis mengatakan bahwa penyebab utama terjadinya modernitas di Eropa adalah karena bertemunya Barat dengan peradaban Islam.
Pada abad ke-16 M, Eropa mengalami zaman renaissance ( kelahiran kembali) yang diawali dengan refomasi gereja, mengingat ketika itu peran gereja sangat kuat bagi kehidupan, sehingga dengan adanya reformasi gereja, Barat mulai bangkit dari zaman kegelapan. Setidaknya reformasi gereja melahirkan dua gerakan. Yang pertama menginginkan adanya reformasi, sedangkan yang kedua menolak adanya reformasi (kontra reformasi). Martin Luther, adalah tokoh dari gerakan yang pro terhadap reformasi gereja. Ia menganggap penjualan surat pengampunan dosa sebagai sesuatu yang tidak wajar dan semestinya. Selain itu ia pun menentang ajaran tradisioanal bahwa Paus adalah penghubung antara Tuhan dan Umat Kristen, karena ia berpendapat bahwa setiap manusia bisa berhubungan dengan Tuhan tanpa harus melalui perantara Sri Paus.11
Tokoh kedua yang mendukung reformasi gereja ialah John Calvin, dalam ajarannya ia sangat menentang perzinahan, judi, mabuk, dan lagu-lagu porno. Baginya semua perbuatan itu adalah kejahatan dan harus dihukum berat bagi pelakunya. Pokok ajarannya yang menonjol adalah etos kerja dan semangat kerja.12 Sementara gerakan yang kedua yaitu gerakan yamh kontra reformasi yang diplopori oleh Paus Pius.V, Paus Gregorius XIII, Siktus V, Raja Filipus, dan lain-lain terutama dari kelmpok yang setia kepada ajaran Katolik.13
Dampaknya bagi kehidupan Barat yang semula gereja mempunyai hak penuh, kini lambat-laun berkurang atau malah habis. Peristiwa kedua yang menurut penulis sangat erat kaitnanya dengan jaman modern Eropa sekaligus berperan penting, ialah revolusi Industri. Revolusi ini mula-mula berkembang di Inggris. Baru kemudian ke semua daratan Eropa dan menyebar ke seluruh dunia. Factor utama terjadinya revolusi industri adalah penemuan yang dialukan oleh Abraham Darby seorang insinyur berkebangsaan Inggris yang berhasil menggunakan batu bara untuk melelehkan besi dan mendapatkan nilai besi yang lebih sempurna. Juga penemuan mesin uap oleh James Watt, insinyur berkebangsaan Sekotlandia. Hasil temuannya menjadi alat yang dkenal luas dan dimandfaatkan pada pabrik-pabrik seperti pabrik tekstil.14 Perekembangan tersebut di atas menjadi pendorong munculnya masyarakat modern. Penemuan besar yang merupakan awal peradaban modern pada mesin tenun dan kain.
James watt adalah bapak revolusi industri. Karena berkat penemuannyalah yang menentukan perkbangan industri modern. Mula-mula temuannya itu hanya dipergunakan untuk pabrik tekstil, tapi kemudian dengan seiringnya kemajuan zaman dikembangkan untuk sarana transportasi.
Penemuan-penemuan demi penemuan terus berkembang sampai kemudian ditemukannya aliran listrik oleh Benjamin Franklin seorang politikus besar Amerika Serikat. Ia menemukan adanya gejala listrik yang berasal dari awan pada tahun 1782 M. penemuan ini pulalah yang belakangan menjadi tolok-ukur penemuan-penemuan di bidang teknologi dan informasi.
Peristiwa yang tidak kalah pentingnya dalam menciptakan jaman modern di barat ialah revolusi Prancis pada tahun 1789 M. Revolusi ini mempunyai dampak yang sangat kuat bagi kehidupan internasional dalam berbagai bidang, baik itu politik, ekonomi, maupun sosial. Dalam bidang politik misalnya yang menyebabkan meluasnya paham liberalisme, nasionalisme, serta demokrasi. Di bidang sosial yang menyebabkan penghapusan feodalisme, pendidikan dan pengajaran merata di semua lapisan masyarakat, serta perkembangnya hak asasi manusia di dunia.
Kejadian-kejadian diatas kemudian melatarbelakangi imperialisme dan kolonialisme ke Asia maupun ke Afrika.

BAB III
MASYARAKAT ISLAM DAN TANTANGAN MODERNITAS

A. Hegemoni Barat ; Imperialisme dan Kolonialisme.
Imperialisme berasal dari kata “imperial “ yang berarti “ berhubungan dengan kerajaan; mengenai kerajaan; berkenaan dengan penguasaan penjajahan. Jadi imprialisme berarti politik menjajah atas negara lain.1
Sedangkan kolonialisme berasal dari kata “koloni” yang berarti jajahan ; pendudukan; daerah kedudukan; daerah jajahan. Jadi, pengertian dari kolonialisme adalah paham menduduki atau menguasai politik menjajah (dipakai oleh negara-negara Barat ).2
Dari pengertian imperialisme dan kolonialisme di atas, bisa diambil kesimpulan bahwa antara imperialisme dan kolonialisme saling berkaitan satu sama lain, oleh karena itulah antara imperialisme dengan kolonialisme tak dapat dipisahkan.
Pada bab dua, telah dijelaskan bahwa Barat telah mengalami renaissance dan kemudian muncul modernisasi di berbagai bidang, baik itu bidang teknologi, sains, serta budaya. Dengan berbekal teknologi yang canggih, sains yang maju, serta budaya yang tinggi, Barat mulai merasa mampu untuk melakukan ekspansi ke Asia maupun ke Afrika.
Mulanya Barat hanya ingin mencari rempah-rempah ke Asia, tapi setelah Barat tahu bahwa Afrika tak kalah suburnya dengan Asia akhirnya Barat juga ke Afrika.
Yang lebih penting bagi Barat ialah ditemukanya jalur pelayaran dari Teluk Tanjung Harapan menuju India oleh Vasco da Gama pada tahun 1498. Penemuan jalur tersebut meningkatkan pertumbuhan arus perdagangan yang melalui jalur tersebut akibatnya perdagangan dikuasasi keseluruhan oleh orang Barat.
Hal pertama yang dilakukan oleh pedagang Barat sesampainya di daerah baru adalah membuat perjanjian dengan penguasa-penguasa lokal untuk membangun gudang dan pangkalan. Kadangkala mereka mengirimkan sejumlah pasukan tentara untuk melindungi tempat tersebut dari para penjarah. Ketika perdagangan semakin meningkat dan mencakup daerah jangkauan yang sangat luas, mereka mulai melakukan pengawasan terhadap daerah tertentu. Setahap demi setahap hal ini semakin meluas sampai menyebabkan terbetuknya suatu koloni. Negara-negara yang terlibat dalam perdagangan ini adalah Belanda, Perancis, dan Inggris. Sedangkan Portugis lebih tertarik di Amerika Selatan koloni Perancis di India selama perang dengan Napoleon.3
Sementara pengembangan koloni berlagsung, Barat mengalami perkembangan dengan cara lain. Kekuatan Barat semakin kuat dibandingkan dengan kemajuan Turki Usmani sebagai akibat dari penemuan senapan dan jenis senjata yang lainnya oleh bangsa Barat. Hal tersebut diikuti oleh penemuan-penemuan lain yang mengarah pada Revolusi Industri. Di awal abad ke-19 timbul perusahaan-perusahaan dan pabrik-pabrik pembuat barang-barang jenis baru. Pertumbuhan sebagai akibat penemuan pemakain mesin uap untuk menggerakkan mesin, serta untuk menarik kereta barang atau penumpang. Selain itu disebabkan juga penemuan mutakhir pemakaian listrik untuk berbagai macam keperluan, serta penggunaan bahan bakar minyak untuk bahan bakar mobil, dan menerbangkan pesawat. Semua penemuan tersebut berimplikasi pada tumbuhnya perdagangan secara penuh di belahan Eropa dan dunia lain. Kedatangan bangsa Barat di Asia maupun di Afrika bukan semata-mata untuk mencari rempah-rempah atau mengeruk hasil buminya tetapi juga ingin menjadi imperialis (penjajah) di Asia maupun Afrika. Penjajahan ini meliputi berbagai bidang seperti ekonomi, sasiol, budaya dan lain-lain.
Kekejaman penjajah dalam bidang ekonomi adalah memonopoli perdagangan dengan merebut pelabuhan-pelabuhan yang sebelumnya ramai dilayari oleh pedagang-pedagang Arab, Persia, India, dan Cina adalah langkah pertama yang sangat memukau kekuatan ekonomi bangsa pribumi, seperti kedatangan banga Barat dari abad ke-15 sampai abad ke-19 di kawasan perdagangan internasional Malaka, Gujarat, dan lainnya menguras kekayaan pribumi secara paksa.
Penderitaan akibat pengerukan kekayaan alam ini membawa bencana yang cukup pedih bagi bangsa Pribumi. Banyak bangsa pribumi yang miskin dan kekurangan gizi sehingga menyebabkan mudahnya terjangkit wabah penyakit. Praktek politik tanam paksa juga merupakan salah satu yang membuat penderitaan kaum terjajah semakin bertambah susah.
Dalam bidang sosial, penjajah sengaja membuat jurang pemisah antara kaum bangsawan dan rakyat jelata, yang menimbulkan hierarki sosial atau perbedaan social, dengan cara kaum bangsawan (aristokrat) didekati agar menuruti kemauan penjajah dengan menempatkan posisi jabatan tertentu dan keuntungan dari penjajah. Sedangkan kaum miskin selalu diawasi agar tidak memberontak. Kaum pribumi harus tunduk dan patuh pada penguasa penjajahnya. Penjajah juga selalu mempraktikkan politik pecah-belah (devide at impera) agar tidak ada persatuan, sebab persatuan akan menimbulkan kekuatan yang mengancam penjajah.
Dalam bidang budaya, penjajah menyebarkan budaya yang merusak bangsa pribumi, terutama adalah merusak agama yang telah dimiliki bangsa terjajah.
Para pelajar sengaja dijauhkan dari agamanaya. Mereka diajari dansa-dansa, pergaulan terlatang oleh agama, dan membenci ulama, seperti di Indonesia banyak para pelajar yang membenci para santri. Dan yang paling membahayakan adalah paham negatif penjajah yang disebut liberalisme (paham kebebasan), materialisme, bahwa materi adalah tujuan hidup manusia untuk kebahagiaannya, dan juga paham komunisme.4
Peristiwa di atas terus berlangsung, sampai kemudian terjadi perang dunia. Dampaknya bagi negara yang sedang terjajah sangat kuat karena dengan terajadinya peperangan maka negara-negara kolonial serta imperialis dalam keadaan lemah sehingga dengan mudah memerdekakan diri. Perang dunia juga sering disebut dekolonialisasi serta deimperiaisasi yaitu suatu proses hancurnya negara-negara kolonial maupun imperialis.
B. Modernisasi Imperium–imperium Islam, Usmani, Safawi, dan Mughal.

Dinasti Usmani adalah satu-satunya imperium Islam yang mampu bertahan sampai abad modern. Imperium ini didirikan oleh Osman I ibn Ertoghril yang berasal dari pulau Qoyigh Oguz pada tahun 1282.5
Abad ke-16 merupakan zaman keemasan imperium ini. Pada tahun 1517 Salim I merebut Mesir dan Siria dari tangan pemerintahan Mamluk yang sudah lemah; setelah kemenangan Mohacz pada tahun 1526. Sulaiman al-Qonuni menundukkan sebagian besar Hungaria di bawah pemerintahan Usmaniyah selama satu setengah abad lebih; berbagai posisi yang aman di Italia Selatan dapat dikuasai, dan bajak-bajak laut membawa pemerinyah Usmaniyah ke Algeria dan Tunissia.
Di abad ke-17 imperium ini mulai mengalami kekalahan-kekalahan dalam peperangan dengan negara-negara Eropa. Tentara besar yang dikiririmkan ke Wina dipukul kalah di tahun 1683.6 .
Kekalahan-kekalahan serupa ini mendorong Raja dan pemuka kerajaan untuk menyelidiki sebab-sebab kekalahan mereka dan rahasia keunggulan lawan. Mereka mulai memperhatikan kemajuan Barat, terutama kemajuan di Prancis sebagai negara terkemuka pada waktu itu. Duta-duta pun dikirim untuk mempelajari suasana kemajuan di sana dari dekat.
Di tahun 1720, Celbi Mehmed perdi ke Paris sabagai duta Usmani. Dalam bukunya Siyasatnameh ia memberikan laporan kemajuan teknik, organisasi angkatan perang modern, rumah-rumah sakit, observatorium, peraturan karantina, kebon binatang, adat istiadat, dan lain sebagainya seperti yang ia lihat di Paris. Di tahun 1741 Said Mehmed dikirim pula ke Paris; laporan kedua duta ini menarik perhatian sultan Ahmad III ( 1703-1730 ) untuk memulai modernisasi kerajaan Usmani.7
Pada masa ini modernisasi sudah meliputi bidang kemiliteran, yaitu dengan cara mendatangkan pelatih-pelatih militer modern ke kerajaan Usmani, dan di bidang keilmuan dengan cara menerbitkan buku-buku selain agama, yang pada waktu itu belum pernah dilakukan. Usaha modernisasi tak berhasil karena mendapat tantangan keras dari golongan militer (Janissari) yang mempunyai hubungan erat dengan tarekat Bektasyi, yang mempunyai pengaruh yang besar dalam masyarakat dan dari golongan ulama konservatif.
Usaha modernisasi kedua dimulai pada periode baru, yaitu setelah Janissari berhasil dihancurkan oleh sultan Mahmud II, Pada tahun 1826 dan Tarekat Bektasyi sebagai pengdukungnya juga dibubarkan.8 Dengan dibubarkannya Janissari, golongan ulama yang anti modernisasi juga sudah lemah kekuatannya.
Pada masa pemerintahannya sultan Mahmud II mengadakan modernisasi berbagai bidang, baik itu militer, organisasi pemeritahan, serta pendidikan, baik yang umum maupun agama. Di dalam oragnisasi pemerintahan misalnya, menurut tradisi kerajaan Usmani dikepalai oleh seorang sultan yang mempunyai kekuasaan temporal atau dunia dan kekuasaan spritual atau rohani. Sebagai penguasa duniawi, ia memakai titel sultan dan sebagai kepala rohani umat Islam, ia memakai titel Khalifah. Dengan demikian Raja Usmani mempunyai dua bentuk kekuasaan, kekuasan memerintah negara dan kekuasaan menyiarkan dan membela Islam. Di bidang kemiliteran ia mendirikan sekolah kemiliter yang berorientasi pada jaman modern. Di bidang pendidikan ia mendirikan sekolah teknik, sekolah kedokteran, dan sekolah pembedahan. Selain mendirikan sekolah-sekolah ia juga mengirim siswa ke Eropa yang setelah kembali ke Tanah air, juga mempunyai pengaruh dalam perubahan ide-ide baru di Rezim Usmani. Selain yang di atas ia juga membentuk lembaga penerjemahan buku-buku asing ke dalam bahasa Turki mengenai ide-ide modern Barat.
Pada tahun 1831, Sultan Mahmud II mengeluarkan surat kabar resmi Takvim-i Vekayi yang di dalamnya sarat dengan artikel-artikel mengenai ide-ide yang berasal dari Barat serta ide-ide modernisasi dari kalangan terpelajar Usmani sendiri.9 Usaha modernisasi terus digalakkan oleh pemuda-pemuda Usmani, baik itu berupa gerakan yang dipelopori oleh Sultan sendiri maupun maupun modenisasi yang dilakukan oleh para pemuda yang menyebut diri mereka Usmani muda, Turki Muda yang meliputi tiga aliran pembaharuan, Barat, Islam, dan Nasionalisme.
Selain Dinasti Usmani timbul juga imperium Islam di jaman modern yaitu Safawi di Persia ( Iran ), dan Mughal di India. Safawi berasal dari tarekat sufi revivalis pada abad ke-13, tarekat ini diubah menjadi gerakan relegio-politik dengan memadukan messianisme Syi’i dan menyerukan perjuangan bersenjata melawan rezim-rezim muslim yang lain, yang mereka anggap tak Islami. Pada 1501 Ismail (1487-1524) kepala keluarga Safawi menyerbu dan menduduki Tabriz sekaligus memprolamirkan diri sebagai Syah Iran. Dalam satu dekade ia telah menaklukkan seluruh Iran, dan dengan cepat membangun kerajaan di garda timur Usmaniyah. Didirikannya Dinasti Safawi dan ia menjadikan Islam Syi’i sebagai agama resmi sebuah kerajaan Islam.10 Usaha modernisasi rezim ini baru dimulai pada masa sultannya yang terkenal yaitu Syah Abbas ( 1588-1629). Dari ibukotanya di Isfahan ia mengawasi sebuah program pembangunan negara yang ambisius dan melakukan reformasi di bidang pemerintahan, militer, ekonomi, dan keagamaan Wakaf-wakaf menopang monumen-monumen keagamaan, sekolah, masjid, serta rumah sakit.Untuk mendukung birokrasi negara, Syah Abbas merangkul para ulama, dan lembaga-lemabaga peradilan. Tidak kalah dari Persia maupun Turki di India juga muncul imperium besar Islam, Mughal yang menguasai hampir sebagian India dan Pakistan. Imperium ini didirikan Zahirudin Muhammad Baber. Salah seorang keturunan
Timur Lenk (1337-1405 ) dari etnis Jengis Khan yang telah masuk Islam dan pernah berkuasa di Asia tengah pada abad ke-15.
Berkat bantuan Ismail I ( memerintah 1500-1524 M ) dari kerajaan Safawi, arber dapat meguasai Kabul pada tahun 1512. dari sini ia memperluas kekuasaannya ke sebelah timur sehingga pada tahun 1526 dapat merebut Delhi dari Dinasti Lody, yang pada waktu itu diperintah oleh Ibrahim Lody dari Afghan. Setelah menguasai Delhi Barber memproklamirkan diri sebagai maharaja di India.11
Dinasti ini mencapai puncak kejayaannya pada masa pemerintahan Akbar yang agung. Kekuasaan Mughal atas India Utara dan tengah menjadi kuat dan daerah sekitar dapat direbutnya. Raja Akbar (1565-1605) menjadikan negara Mughal sebagai Imperium. Selama masa pemerintahannya yang panjang lewat penaklukan dan diplomasi, ia secara signifikan memperluas wilyah muslim sampai ke wilayah-wilyah utama di India. Sang Raja memprakarsai politik dan intergrasi sosial yang besar antar-rakyatnya yang muslim dan Hindu. Pembelajaran agama, toleransi, harmoni, sinkrietisme adalah ciri khas pemerintahan Akbar.12
Usaha untuk memodernisasikan sudah digalakkan yaitu dengan cara membangun sekolah-sekolah dan perpustakaan-perpustakaan. Kebijakan toleransi tak pandang bulu dan penghapusan pajak jiwa maupun pajak atas peziarah Hindu meningkatkan loyalitas kaum Hindu. Akbar juga mendorong kajian antar-budaya dan membangun rumah ibadah, tempat para ahli agama dari berbagai keyakinan terlibat dalam diskusi dan perdebatan.
Melihat kasus-kasus di atas, sebenarnya uasaha modernisasi digalakkan oleh dua golongan, golongan pemerintahan dan golongan non-pemerintihan ( kaum cendekiawan), yang meliputi berbagai bidang, baik itu bidang pemerintahan, pendidikan, kebudayaan, dan adat istiadat



BAB IV
RESPONS RESPONS TERHADAPTANTANGAN
MODERNITAS
A. Revivalisme Islam.
Revivalisme Islam adalah paham yang ingin mengajak umat Islam agar kembali pada ajaran agama yang sebenarnya, artinya bebas dari takhayyul maupun bidah.
Muhammad bin Abdul Wahab(1703-1792) adalah salah satu pelopor paham revivalisme Islam. Ia lahir di Nejed Saudi Arabia tahun 1703.1 Ia adalah lulusan pendidikan hukum dan ideologi di Makkah dan Madinah. Di sana ia tertarik dengan Mazhab Hanbali, suatu Mazhab sunni yang paing keras, dengan tulisan-tulisan mujaddjid yang keras, Ibn Taimiyah (w. 1328). Al-Wahab menganggap kondisi masyarkatnya hanya lebih baik di atas masyarakat Arabia Pra-Islam, jaman jahiliah, yangia jadikan pembanding. Ia dibuat ngeri oleh banyaknya praktik agama populer msyarakatnya, seperti pengkramatan para wali dan makam-makam mereka, yang ia klaim sebagai tahayyul dan syirik, dosa terbesar dalam Islam. Ia mengeca akidah dan praktik ini sebagai bida’h dan dapat megancam tauhid umat Islam. Hidup di jantung tanah air Islam, tanh air Nabi dan tempat dua kota suci Makkah dan Madinah membuat kondisi-kondisi tersebut semakin pantas dicela. Diagnosis Wahabi mirip dengan diagnosis para revivalis lain : kelemahan politik umat Islam disebabkan karena umat Islam telah meninggalkan jalan lurus Islam. Obatnya sangat jelas; tugasnya cukup nyata yaitu muslim harus kembali kepada praktik Islam sejati. Hal ini bisa dicapai dengan menggalang reformasi besar Islam yang pertama, revolusi sosial dan moral yang dipimpin oleh Nabi, kembali pada kehidupan umat secara ketat berdasarkan pada al-Quran dan Hadis, serta teladan umat Madinah.
Ia bergabung dengan salah seorang kepala suku setempat, Muhammad Ibn Sau’d (w.1765) dan sebuah gerakan reformis militan digerakkan hingga kelak menundukkan sebagian besar wilayah Arabia. Suku-suku Arabia ditaklukkan dan disatukan atas nama egalitarianisme Islam : para ksatria-dai Wahhabi menyebut diri mereka sebagai al-Ikhwan (persaudaraan). Berbeda dengan revivalis lain seperti Mahdi di Sudan dan Sanusi agung di Libia yang mereformasi sufisme, ia mutlak menolak sufisme. Pasukan-[pasukannya menghancurkan tempat kramat dan makam-makam sufi.
Bagi al-Wahhab, jaman normatif Islam adalah jaman Nabi dan komunitas salaf (awal). Semua perkembangan sesudahnya, pasca kenabian, dan interpretasi-interpretasi temporal kaum ulama’ adalah sasaran untuk ditinjau dan dinilai kembali dalam timbangan sumber-sumber pokok Islam. Tujuan ijtihad adalah unutuk kembali kepada Islam yang dimurnikan dengan cara membuang akiah dan praktik tak Islami, yang telah merasuki hukum dan kehidupan Muslim, karena di Arabia corak revivalisme-nya adalah lebih harfiah dalam merekontruksi kehidupan dan adat istiadat umat Madinah awal, yaitu para salaf (para pendahulu yang saleh). Ia menyamakan antara “Arab” dan “Islam”. Hal ini berbeda dengan gerakan-gerakan pembaharuan di luar Arabia, yang kembali kepada al-Quran dan Hadis diartikan sebagai reformasi lewat penyelarasan kehidupan muslim dengan wahyu Tuhan, bukan sekadar mengutamakan Arab. Menurutnya lagi, pandangan hidup Islam harus ditemukan dalam bentuknya yang murni, tak tercampuri pada jaman umat pertama Islam dulu.
Gerakan revivalis Wahhabi banyak mempengaruhi reevivalis lain di Afrika dan India. Disamping warisannya dapat ditemukan di negara dan masyarakat Saudi Arabia dan falsafah ideologis banyak Muslim kontemporer.
Selain Wahhabi di Saudi Arabia muncul juga gerakan revivalisme di berbagai tempat. Sanusi Agung di Libia (1782-1859), didirikan oleh Muhammad Ali Ibn al-Sanusi. Ia dilahirkan di Aljazair dan belajar di Kairo dan Makkah, tempat ia memproleh reputasi sebagai sarjana fiqih dan hadis. Ia menolak perpecahan politk muslim yang diakibatkan oleh tribalisme regionalisme, dan menegaskan kembali perlunya persatuan dan solidaritas Islam.
Bertolak belakang dengan Sanusi Agung, Muhammad Ahmad, pendiri Mahdiyah di Sudan menyatkan dirinya sebagai Mahdi, pada tahun 1881. ia mendirikan komunitas negara Islam, dan sama seperti pembaharu lainnya, menyerukan pemurnian Islam dan persatuan Muslim.
Di Mesir muncul juga tokoh revivalisme Islam, yaitu Hasan al-Banna (1906-1949), pendiri Ikhwanul muslimin. Sebagian pendidikan yang dilaluinya adalah pendidikan tradisonal sebab ayahnya, disamping bekerja sebagai tukang pembuat arloji, adalah seorang ulama Hanbali.2 dia sangat menyealkan bahwa pengamalan Islam di kalangan masyarakat sangat menyedihkan serta dia menekankan perlunya berjuang untuk mendapatkan Islam yang lebih murni.
Di samping aktifitas di bidang sosial dan olahrga, bidang pengajaran agama adalah bidang yang sangat diutamakannya bagi kalangan muda Islam, sebab banyak orang Islam yang awam terhadap Islam itu sendiri.
Di India muncul Sayyid Abul A’la al-Maududiyang cenderung berpkiran revivalis (1904-1979). Dia berpendapat bahwa dengan menggunakan akal dan pengetahuan yang tepat, manusia akan mngenal Tuhan dan Islam. Terhadap Barat ia sangat kritis dan menganggapnya ateistik dan materialistis. Ide-idenya terkumpul dalam bukunya Towards understanding Islam (Menuju pemahaman Islam).
B. Modernisme Islam.

Jamaludin al-Afghani adalah tokoh aliran Modernisme Islam pertama. Ia mengaku bersal dari Afghanistan di kota Asadabad. Soal asal kelahirannya ada pendapat lain yang mengatakan bahwa al-Afghani bukan dari Afghanistan tapi dari kota yang sama di Iran.3 terlepas dari kontraversi itu al-Afghani bersama keluarganya pindah meninggalkan kota kelahirannya, dan pernah menetap di Teheran untuk menuntut ilmu pada Aqashid Shadiq, salah seorang ali Syiah yang terkenaldi Dunia.
Letak kebesaran al-Afghani bukanlah sebagai pemikir, meskipun dalam pemikiran ia tetap sangat penting karena ia menunjukkan daya pandangan masa depan yang jauh dan daya baca zaman yang tajam. Kebesaranya terletak terutama dalam peranannya sebagai pembangun kesadaran politik umat dalam menghadapi Barat. Kegiatan politik membawanya ke banyak tempat Islam maupun non-Islam. Di antara sekian banyak perjalanannya, yang paling berkesan adalah ketika ia mengunjungi Mesir dan menetap di sana selama sewindu, saat itu pengaruh intelektual politiknya yang luar biasa menunjukkan hasil.
Al-Afghani berpendapat bahwa kemunduran umat Islam bukanlah karena Islam yang dianggap tak sesuai dengan perubahan jaman dan kondisi baru. Tapi karena telah meninggalkan Islam dan beralih ke ajaran-ajaran yang datang dari luar lagi asing bagi Islam.4 cara untuk memperbaiki keadaan umat menurutnya adalah melenyapkan pengertian-pengertian salah yang dianut umat pada umumnya, dan kembali kepada ajaran-ajaran dasar Islam yang sebenarnya. Hati mesti disucikan, budi pekerti luhur dihidupkan kembali, dan demikian pula kesediaan berkorban unutk kepentingan umat. Dengan berpedoman pada ajaran dasar, ia yakin umat Islam akan dapat bergerak maju mencapai kemajuan.
Selain al-Afghani muncul juga tokoh Modernisme Islam di Mesir, yaitu Muhammad Abduh. Ia adalah murid al-Afghani yang mempunyai pengaruh besar di dunia Islam. Lain dengan gurunya yang lebih tertarik pada bidang politik, Abduh lebih suka mencurahkan diri kepada bidang keilmuan dan pendidikan. Ia mengajukan argumentasi tentang keharusan membuka kembali pinti ijtihad untuk selamanya, dan dengan keras menolak sistem penganutan paham tanpa kritik (taqlid). Ia pula yang mempelopori pembaharuan sistem pendidikan al-Azhar, antara lain dengan memasukkan mata kuliah filsafat, namun ia kurang berhasil dalam usahanya di bidang pendidikan formal itu, tapi ia sangat efektif dalam meniupkan jiwa modernisme di kalangan intelektual Islam yang sedang tumbuh. Ia berpendapat bahwa antara ilmu dan iman tak mungkin bertentangan meskipun ia juga mengatakan bahwa keduanya itu berjalan pada tingkatan yang berbeda. Ia juga mengemukakan dalam bukunya Risalah al-Tauhid (teologi tauhid) bahwa Islam bila dipahami secara benar, berawal dari premis bahwa rasio adalah ciri makhluk manusia, dan manusia diciptakan oleh Allah, karena itu rasio juga anugrah Allah.5 Dari premis-premis Abduh di atas jelas sekali bahwa ia sangat menjunjung tinggi rasio, dan ini sangat berpengaruh pada umat, karena ketika itu umat terjebak dengan paham fatalisme yang menyesatkan. Ia juga berpendapat bahwa tak cukup hanya kembali kepada ajaran-ajaran asli, tapi juga perlu disesuaikan dengan keadaan modern sekarang.
Di anak benua India, ide-ide modernisme didominasi oleh gerakan Modernis Islam. Sayyid Ahmad Khan (1817-1898), dan Muhammad Iqbal yang teoritis sekaligus praktis. Di samping tulisannya yang berlimpah, Ahmad Khan mengakui perlunya implementasi praktis lewat reforamsi pendidikan. Ia mendirikan komunitas-komunitas penerjemahan untuk membuka akses kepada ilmu pengetahuan Barat, dan mendirikan universita di aligarh yang dipola seperti Cambridge University.6 Lewat sekolah dan komunitas yang didirikannya, ia mempromosikan pendidikan Barat di India. Seperti al-Afghani dan Abduh, ia juga menyadari bahwa masa depan umat Islam tergantung kepada kemapuannya untuk menghasilkan suatu generasi baru pemimpin yang mampu menghadapi tantangan dan tuntutab modernitas dan Barat.
Muhammad Iqbal mewakili fase berikutnya dalam Islam modern. Ia memadukan pendidikan Islam tingkat awal dengan pendidikan tingkat lanjut dalam filsafat dan hukum dari Cambridge dan Munich sejak 1907. Ia meganjurkan solidaritas dan persaudaraan muslim, namun hal itu tak menyababkan konflik dengan sesama rakyat senegerinya. Iqbal juga termasuk pelopor pembentuksn negara sendiri, Pakistan.
Selain di India maupun d Mesir, muncul juga di Indonesia gerakan modernisme Islam. Ahmad Dahlan misalnya, ia mendirikan Muhammadiyah pada 18 November 1912 di Yogyakarta. Muhammadiyah dikenal organisasi yang menghembuskan jiwa pembaharuan pemikiran modern Islam di Indonesiadan bergerak di bidang sosial, pendidikan, dan polotik dengan didirikannya PAN oleh Amien Rais menjelng awal milenium ketiga.
Kronologis singkat didirikannya Muhammadiyah adalah karena umat tak lagi memegang teguh dalil naqli dalam beramal sehingga tahayyul dan syirik merajalela, akhlak masyarakat runtuh, akibatnya amalan-amalan umat merupakan campuran antara yang benar dan yang salah.
Selain dari tokoh-tokoh modernisme di atas, sebenarnya masih banyak lagi tokoh yanglain, cuma ide-ide atau pendapat mereka kurang lebiiih sama.
C. Sekularisme
Istilah sekularisme diperkenalkan pertama kali oleh George Jakob Holyoake pada tahun 1846. Menurut pendapatnya sekularisme adalah suatu sistem etik yang didasarkan pada prinsip moral alamiah dan terlepas dari agama wahyu atau super natural.7 Inti ide-ide sekularisme kurang lebih hampir sama, yaitu ingin memisahkan agama dan negara.
Lutfi al-Sayyid (1872-1963) berasal dari keluarga bangsawan kampung yang menekuni hukum. Ia cenderung berpikiran sekular, ia menyerukan berbagai bentuk kebebasan, baik itu bebas dari penguasa asing, bebas dari kontrol negara, dan kebebasan berpolitik dalam negara. Kebebasn menurutnya merupakan basis penting bagi masyarakat. Dan untuk mewujudkannya itu menurutnya perlu ada semangat nasionalisme di dalam diri umat karena berarti nasionalisme berarti kemerdekaan dn sekeligus merupakan sistem politik dan sosial yang baru bagi Inggris.
Mustafa Kemal adalah tokoh nasionalis Turki yang pemikirannya cenderung sekular. Ia lahir di salonika di Tahun 1881. Pada mulanya atas desakan ibunya, ia dimasukkan ke madarosah tetapi karena tidak senang belajar di sana, ia selalu melawan guru. Ia kemudian dimasukkan oleh orangtuanya ke sekolah dasar modern di Salonika, selanjutnya ia memasuki sekolah militer atas kemauan sendiri. Dalam usia empat belas tahun ia tamat belajar di sekolah ini. Dan meneruskan pelajaran pada seklah latihan milter di Monasti di tahun 1899. setelah menyelesaikan pelajarannya di sekolah ini, dan kemudian ia memasuki sekolah tinggi militer di Istambul. Ijazahnya ia peroleh enam tahun kemudian dan kepadanya diberi pangkat kapten.
Kariernya di bidang militer maju pesat. Berkat kecakapannya dalam pertempuran, pangkatnya dinaikkan dari kolonel menjadi jenderal ditambah gelar Pasya. Politik Enver Pasya, salah satu Pemimpin perkumpulan Vatan Ve Hurriyet (tanah air dn kemerdekaan), yang melibatkan Usmani dalam perang dunia I, ia salahkan. Akhirnya ia mengundurkan diri dari perkumpulan itu.
Kemal sangat berjasa dalam merebut kembali daerah-daerah Turki yang telah diduduki Sekutu. Ia dengan mendapat sokongan dari rakyat yang telah mulai membentuk gerakan-gerakan membela tanah air, akhirnya ia dapat memukul mundur sekutu dan menyelamatkan daerah Turki dari penjajahan asing.
Pada 29 oktober 1923, republik Turki diproklamasikan. Ia dan Ismet Pasya diangkat sebagai presiden dan perdana menteri pertama Turki.
Setelah menjadi presiden, Kemal melakukan perubahan-perubahan sekaligus pembaharuan. Sekularusasi yang dijalankannya meliputi bidang institusi, budaya, dan pendidikan. Di bidang institusi ia merubah hukum syariat dalam soal perkawinan menjadi hukum Swiss. Di bidang budaya ia melarang pemakaian terbus, dan sebagai gantinya dianjurkan pemakaian topi Barat, dan di bidang pendidikan ia menghapuskan pendidikan yang berorientasi kepada madrasah dan sebagai gantinya ia mendirikan sekola-sekolah yang berorientasi pada kurikulum Barat.
Walaupun Mustafa Kemal senderung berpekiran sekular, tapi ia tidak menghilangkan agama Islam dari masyarakat Turki, karena yang ia maksud dengan ide sekularisme ialah menghilangkan kekuasaan agama dari bidang politik dan pemerintahan.
Ide-ide sekularisme dan nasionalisme semakin marak di berbagai tempat di dunia. Di indonesia muncul nasionalisme dengan munculnya Organisasi Budi Utomo.
Sekitar tahun 1970-an, ide sekularisasi dilontarkan Nurcholis Madjid. Ia menulis makalah tentang perlunya pembaharuan pemikiran dikalangan umat Islam Indonesi. Di makalah ini ia mengajukan argumen tentang perlunya sekularisasi tanpa sekularisme.
Ali abd al-Raziq adalah tokoh yang pemikirannya juga sekular. Ia ingin memisahkan antara yangtemporal (dunia) dan yang non-temporal (akhirat).
Dari beberapa pemikiran-pemikiran tokoh sekular di atas timbul pertanyaan. Bagaimana sekularisme itu dalam pandangan Islam? Menurut Amien Rais dalam kata pengantarnya “ sekularisme tidak memiliki tempat dalam Islam, inilah sebabnya mengapa setiap usaha untuk melancarkan sekularisasi di dunia muslim tak pernah dapat berhasil karena tidak mungkin sekularisasi yang lambat atau cepat menuju sekularisme itu dapat memiliki akardalam masyarakat muslim”.8 Terlepas salah atau benarnyaargumen di atas, bisa diambil contoh turki pada masa pemerintahan Mustafa Kemal yang sekular dan Irak pada masa Saddam Husain yang diktator, hasilnya mereka menjadi pemimpin yang otoriter, dan sekularisasi dipaksakan pada masyarakatnya. Menurut Luthfi Assyaukanie itu bukan disebabkan karena sekularisasi ataupun sekularisme-nya, tapi karena penerapannya yang salah.9


BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan.
Dari pembahasan dalam bab-bab sebelumnya penulis bisa menarik kesimpulan :
1. kata modernitas berasal dari bahasa Inggris, yaitu modern yangartinya of the present or recent times. Menurut kamus umum bahasa Indonesia modern berarti; terbaru; mutakhir; sikap dan cara berpkir serta bertindak sesuai dengan tuntutan jaman, sedangkan pengertian modernitas itu sendiri adalah kemoderenan, yang modern, keadaan modern. Secara istilah mdernitas adalah suatu ugkapa tentang kenyataan mengenai hidup jaman mutakhir ini dalam pengertian positif dan negatif yang campur aduk dengan pendekatan spesifik kepada suatu masalah yang spesifik.
2. Respons Islam dalam menghadapi tantangan modernitas sangat bervariasi, variasinya dlam bentuk paham-paham, yaitu revivalisme, modernisme, sekularisme. Aliran revivalisme adalah aliran yang ingin mengajak umat islam agar kembali pada ajaran agam yang sebenarnya. Artinaya bebas dari intrik takhayyul maupun bidah. Paham modernisme adalagh paham yang mendesak kepada masyarakat Islam agar kembali menyadari bahwa Islam adalah agama nalar dan ilmu pengetahuan. Dan paham sekularisme yang ingin memisahkan agama dan negara .
B. Saran-saran.

Berkenaan dengan kesimpulan di atas penulis mengajukan saran-saran sebagai berikut:
1. Hendaknya modernitas bagi umat Islam tidak statis, artinya selau menerima segala bentuk perubahan dengan hati-hati.
.
2. orang Islam harus bangkit dari kelemahannya, dan tidak lagi berleha-leha dalam bertindak sehingga orang Islam bisa membela diri dari tantangan modernitas, Barat, serta globalisasi.


DAFTAR PUSTAKA


Ali, Mukti, 1992, Alam Pemikiran Modern Islam di India dan Pakistan, Bandung :Mizan.
Assyaukanie, Luthfi t.t, Berkah Sekularisme, http//islamlib.com.
Badrika, I Wayan, 2000, Sejarah Nasional dan Umum, Jakarta; ERLANGGA,
Boswort, C.E, 1993, Dinasti Dinasti Islam, terjemahan Ilyas Hasan,Bandung: MIZAN,
Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, 1994, Ensiklopedi Islam, Jakarata: Ichtiar Baru Van Hoeve.
John L. Espesito, 2004, Islam Warna Warni ,Terjemahan Arief Maftuhin, Jakarta: Paramadina
---------, 1995, Islam dan Pembaharuan, Terjemahan Machnun Husain,Jakarta: Rajawali
Euben, Roxanne L, 2002,Musuh Dalam Cermin Terjemahan Satrio Wahono
Jakarta;Serambi
Gunawan, Adi,t.t, Kamus Praktis Ilmiah Populer, Surabaya: Kartika.
Hodson, Marshall GS, 1974, The Venture Of Islam, Chicago: The University of Chicago Press,)
Hornby A.S, 1987, Oxford Advanced Learner’s Dictionary Of Current English.( Oxford: Oxford University Press.
Lapidus, Ira M, 2000, Sejarah Sosial Umat Islam. Terjemahan Gufron A. Masadi, Jakarta: Rajawali.
Madjid, Nurcholish,1984, Khasanah intelektual Islam Jakarta; Bulan Bintang.
---------- dalam http\\: media.isnet.org.
Misbah dkk, Ma’ruf,1994 Sejarah Peradaban Islam Semarang: Wicaksana.
Nasution, Harun, 1994, Pembaharuan dalam Islam Jakarta: Bulan Bintang.
Pardoyo, 1993, Sekularisasi dalam Polemik, Jakarta: Grafiti.
Partanto, Pius A, dkk, 1994 Kamus Ilmiah Populer,Yogyakarta ; Arkola
Poerwadarminta, WJS, Kamus Umum Bahasa Indonesia. Tanpa data penerbitan. Sofyazahra, Haniya 2005” Musim Dingin di Edirne”. Annida nomor 21/XIV.
Watt,William Montgomery, 2003, Fundamentalisme dan Modernitas,Terjemahan Kurnia Sastrapraja Bandung: Pustaka Setia.
----------, 1995, Islam Dan Peradaban Dunia, Terjemahan Hendro Prasetyo,
Jakarta: Gramedia
----------,2002, Islam, Terjemahan Imron Rosjadi, Yogyakarta: Jendela

















RIWAYAT HIDUP

Ahmad kusairi lahir di Pancawarna pada tanggal 24 Maret 1986. Pendidikan pertamanya ia tempuh di SDN UPT III Pancawarna. Setelah menamatkan SD-nya, ia melajutkan ke Pondok Pesantren Rhaudatul Ulum Sakatiga. Setelah mondok selama satu setengah tahun, ia berhenti, karena selalu sakit-sakitan. Setelah setahun ia vakum, ia kemudian melanjutkan pendidikannya di PP Al-Falah samapai sekarang, dan Insyaallah tahun pelajaran ini akan menyelesaikan studi-nya di SMA Al-Falah. Amin.
Pengalamannya di bidang organisasi nyaris tak ada, keculai sekarang ini ia menjabat sebagai pengurus Pondok, sebagai Ketua Kampus al-Dairobie. Dibidang non-Organisasi ia sekarang aktif sebagai pengurus Perpustaan Muhammad Jauhari. Ia juga pernah mengikuti lomba Menulis Cerpen dan Esai tingkat nasional yang diselenggarakan oleh Yasmin, dan pada tahun berkutnya oleh Annida. Ia juga pernah mengikuti pelatihan jurnalistik di Ponpes Al-Falah yang diselenggarakan oleh Majalah Lisan. Sekrang ia aktif di komunitas TINTARI, salah satu anak cabang dari Yasmin, Depok.
###






7 Roxanne L Euben, Musuh Dalam Cermin diterjemahkan oleh Satrio Wahono (jakarta;SERAMBI, 2002),hlm 32.
8 Ibid hlm 49.
9 Lihat W. Montgomery Watt, Islam Dan Peradaban Dunia, diterjemahkan oleh Hendro Prasetyo,( Jakarta ; Gramedia, 1995 ), hlm 85-103. Lihat juga Wiliam Montgomery Watt, ISLAM, diterjemahkan oleh Imron Rosjadi,( Yogyakarta; Jendela, 2002 ), hlm 163.
10 W. Montgomery Wat. Op. Cit hlm







11 Asep Lukman, SEJARAH NASIONAL INDONESIA DAN UMUM ( Jakarta ; GRAFINDO, 1999 ), hlm 4.
12 Ibid hlm 5.
13 Ibid hlm 5




14 I WAYAN BADRIKA, SEJARAH NASIONAL INDONESIA DAN UMUM ( Jakarta ; ERLANGGA, 2000, hlm 10.



1 Adi Gunawan, KAMUS PRAKTIS ILMIAH POPULER ( Surabaya : KARTIKA ) hlm, 178
2 ibid, 248
3 lihat William Montgomery Watt, ISLAM hlm 164-165.
4 MA’RUF MISBAH dkk. Op.Cit, hlm 131.
5 lihat C.E Boswort, DINASTI DINASTI ISLAM diterjemahkan oleh Ilyas Hasan ( Bandun : MIZAN, 1993 ) hlm, 162-163.
6 Harun Nasution, Pembaharuan dalam Islam ( Jakarta : Bulan Bintang, 1994 ), hlm 15.
7 ibid
8 Haniyah Sofyazahra” Musim Dingin Di Edirne”. Annida nomor 21/XIV/16 Agustus- 1 September 2005, hlm, 12-13
9 Harun Nasution. OP. Cit, hlm 95-96.
10 John L. Espesito. Op. Cit, hlm 79
11 Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, ENSIKLOPEDI ISLAM ( Jakarta:Ichtiar baru van Hoev, 1994 )hlm, 239. entri Mogul.
12 John L. Espesito. Op. Cit, hlm, 81. lihat juga C.E Boswort.op.cit,hlm 237.
1 Lihat Ma’ruf Misbah, dkk, Op.Cit. hlm, 134
2 William Montgomery Watt, Fundamentalisme dan Modernitas diterjemahkan oleh Kurnia Sastrapraja (Bandung: Pustaka Setia, 2003), hlm, 72.
3 Nurcholis Madjid, Op.Cit.hlm, 56.
4 Harun Nasution, Op.Cit, hlm, 55.
5 Roxane L.Euben, Op.Cit .hlm, 204.
6 John L. Espesito. Op. Cit, hlm,109. Lihat juga H.A. Mukti Ali, Alam Pemikiran Islam Modern di India dan Pakistan (Bandung: Mizan, 1993), hlm, 17
7 PARDOYO, Sekularisasi dalam Polemik, (Jakarta : Grafiti, 1993), hlm, 21
8 John L.Espesito, Pembaharuan dalam Islam. Diterjemahkan oleh Machnun Husain (Jakarta :Rajawali , 1995), hlm, xxi.
9 Luthfi Assyaukanie”Berkah Sekularisme, dalalamhttp//islamlib.com/id/index.php?page.article&=799.